Tadi malam, aku membuat suatu
keputusan maha penting dalam kehidupan personalku.
Berawal sekitar pukul 7 malam,
aku menghampiri Adik di ruang tamu kosan (yang luasnya tidak seberapa
itu,xixixi)
“Makan yuk, Kak,” katanya penuh
semangat sambil memegangi perutnya yang demikian buncit, demikain seksi,
demikian aduhai.
“ Potong rambut, yuk!,” ujarku
sebagai jawaban.
Dia berhenti memegangi perutnya,
membalasku dengan sebuah ucapan singkat,
“Ha?,” ia melongo menatapku.
“ Potong rambut malem – malem?,”
“Emang ada pantangan gak boleh
potong rambut malem – malem? Salon aja buka sampe malem kok!,” kataku sedikit
sewot.
Aku bergerak mengambil gunting,
sisir, dan koran serta sebuah pasmina lebar yang akan kugunakan sebagai alas
pada bajuku agar tidak kotor.
“Jangan pendek – pendek,”
Kataku sebelum ia memotong mahkotaku
yang demikian berharga.
“Udah, rambut jelek juga. Potong
pendek aja, kayak rambutku. Entah juga panjang lagi,”
Ujarnya disela – sela memotong
rambut. Aku pun menjawab dengan sewot.
“Jangan pendek – pendek. Entar
jadi kayak pacarnya Bo-Bo-Ho,”
Dari dulu, aku selalu takut dimirip
– miripin sama pacar Bo-Bo-Ho. Permasalahannya bukan terletak pada betapa jeleknya
pacar Boboho, tapi derajat kemiripanku sama pacar Boboho itu yang mungkin
hampir sekitar 60% (TIDAK!!!! 40% aja!!!). Mau lihat pacar boboho? Nih:
Kalau rambutku dipendekin segitu,
aku yakin mukaku bakal kayak kembar siam sama dia. Dan akohh gak maooo!!
Adikku memotong rambut sambil
tertawa – tawa (entah bagaimana hasil potongannya, aku tidak bisa melihat).
Yang pasti, rambutku sekarang udah gak panjang lagi dan rasanya lebih baik
karena tampangku jadi tidak terlalu ‘kucel’.
“ Pendek banget,” kataku sambil
menatap pantulan di cermin.
“ Gak apa – apa lah. Belom mau
kawin juga kan? Entar juga panjang lagi,”
Aku mengangguk.
“Ya.. nikahnya pasti masih lama,
sekarang jelek – jelek gak apa – apa”.
Acara pemotongan rambut tersebut pun kami tutup dengan sebuah makan malam bertema ‘Ikan Sarden Kalengan’.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar