Masih ingat sama tokoh William,
di postingan saya bulan agustus tahun 2011?
Hmm..beberapa masalah pada saat
itu memang membuat kami ( dia deh kayaknya) memutuskan untuk berhenti
berhubungan. Berhenti memberi kabar.
Saat itu, saya galau. Rasanya
sakit sekali ditinggalkan olehnya... atau lebih tepatnya ; dia berniat meninggalkan
saya ( tapi kami toh memang tidak pacaran?). Ya, mungkin dia berniat menjauh
dari saya. Dia bilang kalau dia capek, karena saya yang cuek dan tidak bisa
bersikap manis padanya.
Saya tau saya yang salah pada
saat itu, saya tau saya yang kurang ajar. Saya yang tidak tau diri. Saya yang
sok cantik.. Seharusnya saya tidak boleh memintanya untuk tetap tinggal pada
waktu itu, mengingat semua sakit hati yang sudah saya berikan padanya.
Tapi sebenarnya, pada saat itu
saya sudah berniat untuk menerimanya sebagai pacar. Karena waktu baginya untuk
menunggu saya memang terlalu lama. Saya juga terlalu banyak menyakiti dia.
Nyatanya kemudian dia yang sudah lelah dengan semua sikap saya.
Beberapa minggu saya habiskan
untuk meminta maaf padanya, yang tidak digubris.. Akhirnya saya menyerah. Saya
pikir, mungkin memang saya yang terlalu egois. Bagaimana bisa saya memintanya
tidak menjauhi saya, sedangkan dia sudah begitu sakit hati?
Akhirnya, saya pun memutuskan
untuk tidak mengganggu dia lagi. Tidak menghubungi dia sama sekali. Ia pun
memang benar – benar hidup dalam dunia nya sendiri.
Sampai akhirnya suatu hari, salah
seorang teman dekat William meng –add saya di facebook. Saya mengkonfirmasi
ajakan tersebut. Beberapa kali kami
sempat chating. Saya pikir dia orang yang asik untuk diajak bicara.
Kemudian kami bertukar nomor
handphone. Dia menjadi teman cerita saya tentang banyak cerita sehari – hari yang
biasa, tapi menyenangkan untuk dibahas. Sesekali pada saat yang sama, saya
menghubungi William. Menanyakan kesibukannya, dan lain sebagainya. William pun
tampak sudah semakin santai dengan sakit hati nya yang kemarin. Saya bisa
menangkap aura move on ketika kami bercakap – cakap ditelepon. Dia sudah
menganggap saya sebagai teman biasa, dan katanya dia sudah memaafkan saya. Tapi
tentu saja dia ingin kami tetap menjadi teman.
Saya terima, sebab pada saat itu
saya memang sedang dekat dengan seseorang di kampus ( Ya! saya memang jahat).
Sampai suatu malam, teman William
datang berkunjung ke rumah saya. Bersama William dan teman – teman mereka yang
lain. William bahkan tidak tau kalau temannya ( teman saya juga ) akan
membawanya ke kediaman keluarga saya. Mungkin itu tampak seperti kejutan kecil
baginya. Seingat saya, kunjungan itu pada Agustus kemarin. Ketika saya mudik ke
rumah orangtua.
Saya lihat dia tampak berbeda,
dengan penampilan dan pembawaan yang lebih dewasa. Untuk pertama kalinya
setelah sekian tahun ( Lebay deh! Cuma Dua tahun), kami bisa berbicara secara
langsung. Bukan lewat telepon atau sms lagi.
Malam itu, dia mengingatkan saya
lagi, tentang janjinya dulu ketika hari kelulusan kami di SMA.
Dia bilang dia ingin memberikan
satu hadiah, untuk kenang – kenangan sebelum kami berpisah jarak. Sayangnya
saat lulus SMA dulu, dia sakit hati karna ulah saya ( lagi ), maka hal itu
tidak segera ia tunaikan.
Barulah dua tahun setelahnya, ia
bisa memenuhi janji .
Tepatnya tanggal 10 oktober
kemarin, sebuah paket mampir ke kosan saya. Waktu itu saya masih dikampus, jadi
adik saya yang menerima paket tersebut.
Di tengah kelelahan sepulang
kuliah, saya membuka paket. Sebenarnya tanpa dibuka pun saya sudah tau isinya. Hahahahha...
karna ia sudah menanyakan lebih dulu tentang apa yang saya inginkan di ulang
tahun saya nanti, tanggal 4 oktober. Saya bilang saya menginginkan sebuah buku kumpulan
puisi karangan Moammar Emka yang berjudul ‘ Dear You ‘, yang tidak
mampu saya beli ( Entah mengapa saya tidak pernah bisa – akhirakhir ini-
menyisakan uang untuk membeli buku ).wkwkwkwkkwkwkwk.
Saya berniat memposting foto buku
tersebut, akan tetapi handphone saya sepertinya eror lagi ( padahal baru dibeli
beberapa bulan yang lalu- aneh).
Saya kira Ia akan menyertakan
buku tersebut dengan beberapa potongan kalimat romantis .. tapi ternyata dia
bahkan tidak menulis apa – apa..
Dia hanya mengirimkan buku itu,
dengan setangkai bunga.
Saya tidak tau entah apa nama
bunga itu. Tapi William bilang bahwa itu bunga abadi, yang tidak akan layu.
Diambilnya dari gunung ketika ia mendaki.
Saya tidak tau apakah ini romantis
ataukah aneh atau norak dan lain sebagainya..
Tapi saya pikir bunga itu cukup membuat
saya...hm... ( apa ya? ) mungkin cukup membuat saya senang. Saya kira makna
bunga itu cukup besar.
Kata adik saya ‘ William gak
butuh ngomong banyak dan panjang lebar. Cukup bunga itu yang ngasih tau
semuanya, hahahahaha ‘.. begitu katanya menggoda saya.
Saya sebenarnya tidak terlalu
memusingkan lagi tentang hubungan ini. Kami toh baik – baik saja dengan keadaan
seperti ini. Lagi pula, kebebasan masih menjadi milik saya. Entah ia masih
memiliki perasaan itu atau tidak.
Tapi Saya sempat bertanya padanya
tentang hal itu, dan dia bilang bahwa dia hanya berharap saya akan menemukan
orang terbaik bagi hidup saya. Dan untuk saat sekarang adalah bukan waktu yang
tepat baginya...
Terlepas dari itu semua, saya
senang.. mendapati masih ada orang yang peduli pada saya. Itu saja. Untuknya
yang memberi cerita berbeda bagi hidup saya, Sekian. ^_^