Senin, 29 April 2013

Apa itu 'Bercanda'?


                Saat ini, aku berada di lingkungan yang mengganggap bahwa ‘mengejek’ dan ‘ membanggakan diri sendiri’ merupakan bagian dari esensi candaan.

Agak mengherankan, juga.. tentu saja menyebalkan.

 Bagaimana tidak, jika hari ini saja aku harus mendengar bercandaan yang sebenarnya sudah terjadi berulang – ulang (dan tidak lagi ingin kudengar) tapi masih saja dilakukan?

                Jadi hari ini.. salah satu teman dekatku membahas lagi tentang foto SMA milikku. 
Dalam foto tersebut, rambutku masih sangat pendek sehingga membuat wajahku terlihat begitu bulat. 

Siang tadi dia membuka – buka buku catatan kuliahku dan menemukan foto itu disana.

                Tak henti – hentinya kemudian dia ‘mencandai’ku dengan menggembungkan kedua pipinya juga menjulingkan mata. I dont know, apa yang membuat dia mau melakukan itu berulang – ulang kali dalam beberapa semester, setiap kali melihat foto itu?

                Aku suka foto SMAku, kupikri wajahku saat itu terlihat lucu dan polos. Maka kuselipkan foto tersebut dalam catatan kuliah. Secara otomatis foto tersebut kubawa kemana – mana.


Apa dia berpikir bahwa ‘mencandai’ku dengan ekspresi ‘kegemukan’ begitu akan terlihat begitu menggemaskan dan ‘lucu’?

                Aku tidak suka! Bukan karena aku tidak terima kalau dia mengejekku gendut! Tapi karena ketika SMA.. aku tidak segendut yang dia bayangkan!!!!
Hanya karna waktu itu rambutku kupotong sangat pendek, sedang wajahku ‘dari sononya’ emang bulet. Jadilah difoto... segalanya terlihat bulat.
( hahaha.. foto ku lucu kan? agaggagagagagag)

Fiuh.. rasanya kesal. Padahal temanku juga tahu, kalau aku tidak pernah suka setiap dia membahas hal itu. Tapi tetap saja... hal itu terus dia lakukan. 
Berulang – ulang, setiap semester ( sejak pertama kali dia menemukan foto itu ). Apa dia tidak juga sadar kalau aku begitu ‘ jengah’?

                Apa sih...esensi dasar tentang ‘ Bercanda’? Bukankah bercanda adalah sebentuk ekspresi perasaan yang bertujuan untuk membagi keceriaan dengan orang lain? 

Jika hasilnya malah menimbulkan rasa jengkel.. apa itu masih bisa disebut ‘BERCANDA’??
Entahlah.


Be a Writer


Kalau novelku ditolak lagi, aku pasti akan sedih sekali.

Kamu tahu, sudah berapa lama aku menginginkan untuk menerbitkan sebuah buku?

Tepatnya  Sudah sejak delapan tahun yang lalu!Jarimu masih cukup kan, untuk menghitung?

Ya.. sudah sejak kelas dua SMP, aku belajar menulis novel.
Meski sayang sekali pada saat itu, novelku belum juga menunjukkan tanda – tanda rampung.
Salahku sendiri sih, selalu berganti – ganti ide cerita. Tidak pernah fokus.

Tapi bersamaan dengan itu, aku banyak membaca buku tentang teknik mengarang. Aku sadar aku butuh banyak belajar agar novelku benar – benar bisa tercipta.

 Akhirnya di kelas dua SMA ( tiga tahun kemudian ) perjuanganku menunjukkan titik terang.
Pada waktu itu, cerpenku yang berjudul ‘ I love U Kartini!’ berhasil di muat di salah satu majalah ibukota yaitu ‘ KerenBeken ‘.

Kalau tidak salah, waktu itu tahun 2008. Tak terungkapkan bagaimana bahagianya aku saat itu. Hal itu juga yang membuatku semakin semangat untuk menyelesaikan sebuah novel.

Di kelas tiga SMA, selepas ujian nasional. Aku begitu bersemangat mengirimkan novelku. Judulnya ‘Opelet’. Novel pertamaku setelah bertahun – tahun belajar membuatnya.

Tiga bulan aku menunggu keputusan dari penerbit. Suatu hari keputusan itu datang, keputusan yang membuatku sedih. Novelku ditolak.

Kesedihanku hanya berlangsung beberapa hari. Hei! Impianku itu terlalu besar. Penolakan satu kali tidak akan membuatku menyerah!

Lagipula aku sadar, kalau novelku belum diterbitkan itu artinya novelku memang belum layak terbit.

Maka beberapa tahun setelah penolakan itu, aku terus belajar. Mencari tahu apa – apa saja yang dibutuhkan dalam menulis. Aku rajin membaca tips – tips menulis di internet, rajin membuka tweet Raditya Dika serta blog pribadinya ( dia cukup sering memposting tentang tips – tips menulis). Terus ...mencari tahu.


Setelah proses yang cukup panjang itu, bulan lalu aku mengirimkan novelku yang kedua.

Novel kedua setelah hampir tiga tahun penuh berkutat dengan pembelajaran – pembelajaran tentang menulis.
Novel yang berjudul ‘ Pelangi Sepelas Hujan ‘, kukirimkan ke redaksi ‘Bukune’. 

Mengikutsertakannya dalam sebuah even menulis.

Setelah membaca perjuanganku, apakah kalian pikir aku cukup layak untuk mendapatkan hasilnya?

Apakah perjuanganku sudah cukup gigih wahai pembaca?

Sekarang, tepatnya satu setengah bulan setelah novelku yang kedua kukirimkan. Aku membuat novel lagi. Sudah rampung. Judulnya ‘ Jika Saja Kau Memilihku’.

Insyaallah aku akan mengirimkannya awal bulan depan.

Aku sangat berharap, Tuhan mau mengabulkan impianku itu. Penantian dan perjuangan yang kulakukan, kurasa cukup setimpal dengan apa yang aku inginkan.
Insyaallah.

Tentu saja, sampai sekarang pun aku masih terus belajar menulis. Seperti memposting cerita – cerita di blog ini.

Jika kalian pikir aku layak mendapatkan mimpiku, mohon bantu doakan aku ya!

Kalau kali ini novelku ditolak lagi, kesedihanku pasti berlipat ganda.

Aku butuh untuk menerbitkan novel itu, agar aku lebih bersemangat dalam menulis.

Tapi jika Tuhan belum mau mengabulkan doaku....tentu saja, aku tidak akan berhenti!
Aku akan terus menulis, sampai buku – buku ku benar – benar diterbitkan, sampai buku – bukuku banyak berjejer di etalase toko buku.

I believe my dream!

Selalu percaya kata – kata Agnes:
Dream, Believe, and Make it Happen!


Aku yakin, suatu hari impian itu pasti akan tercapai.

Hanya butuh waktu, hanya butuh sedikti waktu!

Ganbatte!  :D


Jumat, 26 April 2013

Laporan Kewirausahaan


                Sehubungan dengan kegiatan kewirausahaan, kami memanfaatkan peluang yang ada di sekitar kami. Berbekal uang Rp 50.000 yang merupakan modal yang diberikan oleh dosen pembimbing, kami mulai membuat usaha. Usaha yang kami buat adalah berjualan keripik pisang. Hal ini kami pilih sebagai usaha kami oleh karena secara kebetulan, dibelakang rumah salah satu teman kami tersedia pohon pisang yang sudah berbuah sehingga ini menjadi peluang besar bagi usaha kami.
            Adapun uang Rp 50.000 tersebut kami jadikan modal untuk membeli bahan – bahan olahan keripik pisang, yang kami jabarkan sebagai berikut :
No
Bahan
Biaya
1
Minyak Goreng @Rp 13.000
Rp 26.000
2
Minyak Tanah @Rp 9.000
Rp 8.000
3
Royko @Rp 500
Rp 2.000
4
Bawang Putih
Rp 2.000
5
Lilin
Rp 1.500
6
Plastik @ Rp 1.500
Rp 4.500
7
Gula halus
Rp 6.000

Jumlah
Rp 50.000
           
            Keripik yang mampu kami hasilkan adalah 94 bungkus dengan harga perbungkus yaitu Rp 1.000.  Varian keripik yang kami jual ada dua yaitu ; manis dan asin. Maka keuntungan yang kami peroleh yaitu Rp 44.000. Namun bahan – bahan yang kami gunakan masih bersisa seperti royko, bawang putih, lilin dan plastik, yang juga kami hitung sebagai keuntungan karena masih bisa digunakan untuk bahan produksi selanjutnya.

Foto – foto pada saat Produksi :







#nggak tahu apakah itu bisa disebut keuntungan atau enggak. Jelas - jelas pisangnya nggak beli, tapi untungnya cuma 44ribu. Agagagaggag. Nggak apa - apa lah ya! namanya juga belajar. hehe

Senin, 22 April 2013

Apaan Coba? Irasional!


Kenapa ya..ketika seseorang menyukai kita, tapi kita nggak suka sama dia..
Bawaan kita tuh jadi agak sebel? Hahaha..

Jadi,
Dua hari yang lalu, ada orang yang nembak aku di facebook.

Nggak kenal sih, Cuma tau – tau aja karena kita punya hobi yang sama yaitu nulis.

Dia yang nge- Add aku duluan..

Abis itu dia ngajak chat, ya udah ..atas nama kesopanan diladenin juga.

Padahal seinget aku, kita Cuma sempet chat sekitar dua atau tiga kali gitu lah..

Aku nggak ngerti ketika dua hari yang lalu, dia malah bilang kalau dia suka sama aku.

Gila! Cuma itu sih yang melintas dipikiranku.

Ya iyalah.. coba bayangin! Kita tuh bahkan nggak pernah ketemu. Aku nggak tahu gimana kehidupan dia disana..  dia juga nggak tahu aku disini gimana.

Kokkk bisa tiba – tiba bilang suka? Aneh kan?

Nggak habis pikir deh!


Oke.. dulu aku juga sempet tertarik sih, sama profil seseorang di facebook. 
Tapi ya aku ngerti, kalau di kehidupan nyata, kami nggak pernah saling berhubungan. 
Nggak mungkin kan kalau tiba – tiba aku bilang suka sama orang itu? Rasional dikit lah.. Harus dibedain mana kehidupan dunia maya, dan mana kehidupan di dunia nyata!

Lebih – lebih.. intensitas aku chat sama orang yang ‘ nembak ‘ itu bisa dibilang jarang banget.

Nggak tahu deh kalau mungkin dia suka buka wall aku atau gimana.

Intinya, abis dia nembak.. aku jadi males buka facebook. 
Bawaannya takut.. takut diteror sama itu orang.

Ngeri deh! Agresif banget. Nggak suka. 

Males lah.. masa tiap status aku harus di komen sama dia? Haduh – haduh..

Akhrinya, dengan senyum bahagia.. pagi ini aku ngeblokir obrolan sama dia.

Hasilnya, aku tetep bisa online tanpa perlu chatingan sama dia! Huah...

Semoga saja dia cepat menyingkir segera, dan menemukan kembali jalan yang benar.
Amin. Fiuh...

Jumat, 12 April 2013

Pikir Lagi?


Di dalam masyarakat Indonesia saat ini, lazim diakui bahwa anak – anak yang masih menempuh dunia pendidikan ( SD, SMP, SMA, bahkan Universitas ), masihlah merupakah tanggungjawab orangtua dalam pemenuhan segala kebutuhan hidupnya.

 Ketika kemudian mereka lulus dan sudah mampu mencari pekerjaan, maka tanggungjawab orangtua itu boleh jadi terlepas.

Kemudian yang menjadi pernyataan penting disini adalah bahwa, orangtua tidak pernah punya hak untuk melimpahkan tanggungjawab tersebut kepada pihak lain. 
Anak tetaplah anak yang semestinya tetap menjadi tanggungjawab mereka sampai batas waktu tertentu.

Hal apapun yang menjadi masalah bagi orangtua dalam memenuhi tanggungjawab terhadap anaknya.. 

Hal apapun itu tidak bisa dijadikan alasan untuk melepaskan diri dari tanggungjawab pokok orangtua. Yaitu untuk merawat, menjaga, dan memenuhi kebutuhan hidup anak – anaknya sampai batas usia tertentu.

Beberapa kelompok yang dilimpahkan tanggungjawab oleh orangtua untuk mengurusi anak – anak mereka, biasanya memiliki kelapangan hati untuk mengambil alih itu semua. Misalnya saja Panti Asuhan, dll.

Hanya saja pertanyaan besar yang muncul kemudian adalah :

Apakah orangtua yang meninggalkan anaknya begitu saja, masih bisa dikatakan orangtua yang bertanggungjawab? 

Kemudian.. apakah melimpahkan tanggungjawab kepada pihak lain, adalah cerminan orangtua ‘super baik’?

Think Again!

Kamis, 11 April 2013

HBD


Seseorang lahir hari ini, dua puluh tahun yang lalu.

Aku tidak berniat mengucapkan selamat atau memberi kado seperti yang kulakukan di tahun kemarin. Tidak perlu. Aku yakin dia juga tidak butuh ucapan selamat ataupun kado dariku.

Bukankah aku bukan siapa – siapa baginya?

Aku tidak penting, jadi aku tidak perlu berusaha mementingkan diri di hadapannya.

                Meski jujur saja, aku masih sering mengingat dia setiap hari. Bahkan juga hari ini. Entahlah.. aku selalu bilang kalau aku sudah sembuh dari sakit itu.

Nyatanya? Tetap saja aku tidak kuat setiap kali tanpa sengaja berpapasan dengannya. Ada rasa sedih yang langsung menyelubungi hatiku. Aneh.

                Aku tahu, dia tidak perlu tahu seberapa sering aku memikirkannya. Aku hanya butuh dia tahu bahwa aku tidak lagi membutuhkannya, bahwa dia tidak bisa semena – mena lagi terhadapku, bahwa aku tidak perlu lagi jadi Kakaknya yang paling keren, bahwa tentu saja aku bisa bertahan sekalipun tanpa dia.

                Hari ini usianya dua puluh tahun. Hmm..aku hanya berdoa kepada Tuhan, semoga dia mendapatkan segala yang terbaik. Semoga dia tidak terus – terusan mencari alasan untuk malas kuliah, Semoga dia tidak merindukanku ( hahaha! Lucu sekali! ),
Semoga dia bisa memilih jaket yang lebih keren ( selera pakaiannya buruk ).

Semoga suatu hari dia mendapatkan jodoh terbaik.

Dan kuharap jodoh terbaiknya bukan gadis itu ( aku jahat sekali! Hahaha)

Selamat Ulang Tahun ya! Maaf tidak bisa memberimu kado. Padahal aku sangat tertarik untuk mencarikan kemeja baru,

Kalau saja hubungan kita masih sebaik dulu. Dan..kalau saja kamu tidak bersama gadis itu.

Aku tentu akan sukarela melakukan semuanya, tanpa beban perasaan.

Yah.. kuharap ini takdir terbaik.
Selamat bersenang – senang! Tuhan menyertaimu! :D




Rabu, 10 April 2013

Ganbatte!


Selamat pagi!
Apa yang kalian rencanakan hari ini? Ngumpulin tugas? Jalan – jalan ? atau menghabiskan uang?
Ada hal yang menarik perhatianku akhir – akhir ini. Sepertinya cocok buat dijadikan bahan pertimbangan dalam mendidik anak –anak.
Aku cerita sedikit ya.
Aku kenal sama seorang teman laki – laki. Dia berasal dari keluarga berada.
Mungkin sejak kecil, dia biasa mendapatkan segala sesuatu yang dia inginkan tanpa merasa perlu berusaha keras. Hasilnya, sampai usianya 21 tahun seperti sekarang, dia tetap santai dalam menjalani hidup. Masih terlalu hedon. Dan seperti tidak punya target masa depan yang ingin dicapai.
Aku bahkan tidak yakin apakah dia punya mimpi atau keinginan terbesar dalam hidup.
Intinya, kalau kulihat – lihat, kesibukannya kuliah di luar kota terlalu banyak diisi dengan jalan – jalan bareng pacar, atau nongkrong sama teman – teman.
                Jadi.. sebenarnya gaya hidup seperti itu tidak perlu dipermasalahkan, selagi.. kita tahu arah tujuan yang mau kita capai pada suatu titik. Kita tidak mungkin kan terus – terusan santai? Ketika semua orang sudah berlari, masa kita masih merangkak?
Kalau begitu caranya, kita bisa saja ketinggalan jauh....
                Satu hal sih yang bisa kusimpulkan.
Mungkin bukan pilihan yang baik bagi orangtua yag berada, untuk memberikan segala keinginan anak dengan mudah. Hal itu Cuma akan membentuk mental pemalas dalam diri anak. Anak jadi tidak suka bermimpi, tidak terasah untuk berusaha mewujudkan keinginannya. Karena apa? segala sesuatu yang dia inginkan sudah tersedia. Jadi dia merasa tidak perlu lagi berusaha.
Seperti juga salah satu kakak tingkatku di kampus. Laki – laki. Sekarang dia sudah menginjak semester 14. Miris sekali ketika kemarin kosannya kemalingan dan leptop Kakak itu pun dibawa pencuri. Semua file skripsinya lenyap.
Kamu tahu apa yang kurasakan saat mendengar kejadian itu? Aku tidak merasa kasihan.
Aku hanya menyayangkan. Kemana saja dia selama 6,5 tahun sebelum kejadian itu?
Apa saja yang dia lakukan sampai – sampai baru mengerjakan skripsi di semester 14?
Bukankah dia terlalu santai? Memang sih, orangtuanya punya kebun dimana – mana.
Tapi kita juga perlu berusaha untuk diri sendiri toh? Lagipula.. apa tidak sia – sia , kuliah tujuh tahun.. merantau, pulang bahkan tidak bisa bawa ijazah?
Yah...
Orang – orang sering bilang, didunia ini tidak ada yang sia – sia. Tapi kita juga tidak perlu buang – buang waktu kan?
Poin penting dari Dyan Nuranindya ( Penulis ) : ‘Dunia itu letaknya di tangan, bukan di hati ‘.
Masa depan itu punya kita sendiri, selagi kita mau berusaha. Tidak ada yang tidak mungkin. Insyaallah. Semangat ya!!  :D


Selasa, 09 April 2013

Film ' Radio Galau FM'


Tadi malam abis nonton Radio Galau FM. Udah agak lama sih film nya, tapi baru nonton sekarang.

Pesan film itu asik ..Intinya ada banyak hal yang nggak terlalu perlu dibawa berat, yang penting dicari hikmah dari setiap kejadian.

Jatuh bangun katanya biasa, namanya juga belajar.

Yah..kalau Bara sih, baru berapa kali doang.

Aku? Mau tahu? Coba aku inget dulu bentar ! Hmm....

A,R,P,S,A,I,D.. Yah, kira – kira segitu. Banyakan aku ya? Hahahaha

Hmm....
Orang – orang sering bilang nih, kalau jatuh cinta udah tujuh kali...Kali ketujuh, kamu bakal ketemu sama jodoh kamu.

Bener nggak sih? 

Tapi aku sih belum yakin. Lihat aja nanti takdirnya gimana. :)

Satu sih..pesan penting dari film itu. Intinya adalah...aku rela kok, nggak punya pacar, trus IPK juga nggak gede - gede amat. Asal... novelku diterbitin ya Tuhan? Amin.. hehehehe

Sabtu, 06 April 2013

Pacaran


Aku tidak juga merasa siap untuk memulai lagi.
Ya..memulai hubungan yang sering dikatakan ‘ pacaran ‘ oleh orang – orang.
Bagiku sekarang, entah mengapa hubungan seperti itu terlihat agak konyol.
Lagipula kerentanan untuk berpisah dalam pacaran demikan besar bukan?
Aku tidak tahu..entahlah. Mungkin karena aku merasa sedikit kapok dengan perasan sakit yang selalu terjadi di setiap akhir kisah yang dulu – dulu kujalani.

Ya..buat apa melalui hubungan seperti itu jika nyatanya hanya akan berpisah?

Hanya akan menyisakan rasa sakit lagi? Hanya akan membuang – buang waktu untuk momen – momen yang sebenarnya terlalu semu?

Apa yang dijanjikan dari sebuah hubungan yang dikatakan ‘pacaran’?
Apakah janji untuk saling mecintai pada waktu pacaran, bisa berlangsung demikian lama hingga akhirnya berujung pada pernikahan?

Siapa yang bisa menjamin kalau aku tidak akan sakit lagi, saat aku memilih untuk memulai lagi?

Siapa yang bisa menjanjikan kebahagiaan abadi ? Bukankah dalam pacaran, orang – orang juga sering sekali diselingkuhi?

Mungkin menunggu seseorang yang siap meminang adalah pilihan yang tepat.
Bukankah aku sudah cukup dewasa? Hahaha. :D