Sabtu, 28 Juni 2014

"Jika Saja Kau Memilihku" (Novel Oleh Zara Oktavia)


Pemesanan Via Asrifa Publishing WA (HP) 085624070744.
“JIka Saja Kau Memilihku” (Zara Oktavia)
Aku mencintaimu,
Seperti hujan kepada air, pernahkah kau lihat mereka saling meninggalkan?
Aku mencintaimu,
Seperti bulan kepada matahari, tidak akan sempurna aku jika tanpa kau disini.
Dan Aku bahagia,
Sebab Tuhan sudah mewujudkan aku dan kamu, menjadi kita.
Rinduku pun kian pongah setiap hari, memupuk harapan membumbung tinggi.
Aku mencintaimu, sayang.
Tanpa syarat. Tanpa kau basuhpun cinta ini kian pekat.
Lamat – lamat aku berharap,
Hanya agar kau mau menghabiskan seluruh napasmu disini,
Bersamaku setiap hari. Cukup.
Aku tidak pernah meminta banyak.
Telah terbit !
Judul buku : Jika Saja Kau Memilihku
Penulis : Zara Oktavia
ISBN :978-602-1363-24-9
Jumlah Hal : 160 hlm
Harga : Rp. 42.000,- (Belum Ongkir)
Pemesanan via inbox fb. Asrifa atau pin BBM 75AC2BB9
Pemesanan secara print on demand
Sinopsis :
‘Jika Saja Kau Memilihku’ adalah sebuah novel yang bercerita tentang Cinta, gadis lajang nan mapan berusia 22 tahun, yang dipaksa menikah oleh sang Ayah. Namun Cinta terus berkilah, berpikir bahwa dirinya masih terlalu muda untuk memulai sebuah pernikahan.
Suatu pagi, serangan jantung mendera sang Ayah. Membuat Cinta akhirnya melunak. Tanpa banyak pertimbangan, Cinta setuju untuk dijodohan dengan Dirga, anak dari sahabat lama Ayah.
Pernikahan dilangsungkan secara tergesa, akad nikah pun diadakan di ruang rawat Ayah Cinta. Cinta lega sekaligus bahagia sudah mewujudkan keinginan ayahnya. 
Meski hal yang sama tidak terjadi pada Dirga. Dirga terpaksa menikah atas desakan sang Papa yang berperangai keras. Dirga tidak pernah mau menikah dengan Cinta, sebab sebenarnya ia sudah memiliki rencana masa depan dengan Violla, gadis yang ia pacari sejak SMP.
Pernikahan antara dirinya dan Cinta, jelas sudah merusak seluruh rencana besarnya dengan Violla. 
Lalu, bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Apakah Dirga mampu menerima Cinta sebagai Istri? Apakah pernikahan tersebut dapat bertahan hingga akhir?

~*~

Ini adalah Novel perdanaku (penerbit Indie).
Baru naik cetak dua hari, jadi mungkin belom bakal ada di toko buku. 
Bagi yang mau pesen, di online dulu lah ya.. Tapi kalo ada yang liat di toko buku, tolong kasih tau!!! Jadi bisa promo juga. Ya!!!!

Selamat membaca!! Kritik dan saran ditunggu ya!!!


Minggu, 15 Juni 2014

Aku Ingin Ayah Bersama Kami Lebih Lama

Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Turut bergembira saat aku diwisuda. Turut berbahagia, meski tanpa selempang di dada.



Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Turut mencicipi gaji pertama, lalu mentertawakan kesepian Novia di seberang sana. Bisa membelikan apa saja yang Ayah suka.



Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Ikut berkomentar ketika beberapa lelaki datang bertandang, lalu memilihkan siapa yang paling sopan.



Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Melihatnya membusung bangga atas kehadiran cucu pertama.



Melihatnya memiliki banyak teman laki - laki di dalam rumah kami.





Tidakkah Ayah ingin melakukan itu semua?



Maka sehatlah, Yah.. berbahagialah.



Sebab Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama, selama waktu yang kita punya.





Sebab aku ingin Ayah bersama kami lebih lama, itu saja.

Minggu, 08 Juni 2014

Berpindah

Hola...

Mungkin kepindahan ini agak terlalu mendadak ya!

Tapi... aku hanya ingin mencoba sebuah rumah yang baru, dengan suasana baru, dan harapan yang baru.

Mungkin rumah ini sudah terlalu usang untuk didiami. Mungkin juga aku butuh rumah baru yang 'terlihat' lebih luas.


Mau ikut aku pindahan?

klik ini:

http://zaraoktavia.wordpress.com/

Sabtu, 07 Juni 2014

Rambut Baru (Gak Bisa Liat, Wek!!)

Tadi malam, aku membuat suatu keputusan maha penting dalam kehidupan personalku.

Berawal sekitar pukul 7 malam, aku menghampiri Adik di ruang tamu kosan (yang luasnya tidak seberapa itu,xixixi)

“Makan yuk, Kak,” katanya penuh semangat sambil memegangi perutnya yang demikian buncit, demikain seksi, demikian aduhai.
“ Potong rambut, yuk!,” ujarku sebagai jawaban.
Dia berhenti memegangi perutnya, membalasku dengan sebuah ucapan singkat,
“Ha?,” ia melongo menatapku.
“ Potong rambut malem – malem?,”
“Emang ada pantangan gak boleh potong rambut malem – malem? Salon aja buka sampe malem kok!,” kataku sedikit sewot.

Aku bergerak mengambil gunting, sisir, dan koran serta sebuah pasmina lebar yang akan kugunakan sebagai alas pada bajuku agar tidak kotor.
“Jangan pendek – pendek,”
Kataku sebelum ia memotong mahkotaku yang demikian berharga.
“Udah, rambut jelek juga. Potong pendek aja, kayak rambutku. Entah juga panjang lagi,”
Ujarnya disela – sela memotong rambut. Aku pun menjawab dengan sewot.
“Jangan pendek – pendek. Entar jadi kayak pacarnya Bo-Bo-Ho,”

Dari dulu, aku selalu takut dimirip – miripin sama pacar Bo-Bo-Ho. Permasalahannya bukan terletak pada betapa jeleknya pacar Boboho, tapi derajat kemiripanku sama pacar Boboho itu yang mungkin hampir sekitar 60% (TIDAK!!!! 40% aja!!!). Mau lihat pacar boboho? Nih:


Kalau rambutku dipendekin segitu, aku yakin mukaku bakal kayak kembar siam sama dia. Dan akohh gak maooo!!

Adikku memotong rambut sambil tertawa – tawa (entah bagaimana hasil potongannya, aku tidak bisa melihat). Yang pasti, rambutku sekarang udah gak panjang lagi dan rasanya lebih baik karena tampangku jadi tidak terlalu ‘kucel’.
“ Pendek banget,” kataku sambil menatap pantulan di cermin. 
“ Gak apa – apa lah. Belom mau kawin juga kan? Entar juga panjang lagi,”
Aku mengangguk.
“Ya.. nikahnya pasti masih lama, sekarang jelek – jelek gak apa – apa”.


Acara pemotongan rambut tersebut pun kami tutup dengan sebuah makan malam bertema ‘Ikan Sarden Kalengan’.

Tentang Penutupan Lokalisasi 'Dolly'


Pilihan untk menutup tempat lokalisasi selalu menjadi polemik yang tidak dapat dihindarkan.
Sebagian besar orang di Indonesia (termasuk aku) memiliki cita - cita untuk menghilangkan saja segala bentuk tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial juga agama yang berlaku di Indonesia.
Biar yang suka ke tempat lokalisasi tau rasa dan gak punya lagi tempat 'menimbun dosa'.


Akan tetapi, pernahkah kita berpikir bahwa.. di dalam kehidupan sosial, berbangsa dan beragama ini, tidak semua orang berjalan di 'jalur yang baik'??

Ketika menutup sebuah tempat lokalisasi, kita lupa bahwa akan ada orang - orang di luar sana yang tetap memiliki penyakit seksual sekalipun sudah ada pelajaran agama, sekalipun sudah diajari tentang cara hidup sehat. Akan tetap saja ada orang - orang yang memiliki kebutuhan khusus untuk menggunakan jasa PSK sebagai aktivitas 'penimbunan dosa'.

Ketika menutup tempat lokalisasi, pernahkah orang - orang berpikir bahwa ada kemungkinan tindakan kekerasan seksual, pemerkosaan, pencabulan, dan lain sebagainya justru akan semakin banyak mendera anak - anak?
Pernahkah orang - orang berpikir bahwa akan ada pengalihan dari 'PSK' ke individu lain yang lebih mudah 'mereka' jangkau?

(Adaptasi Argumentasi Guru Besar Ilmu Sosial Universitas Indonesia dalam ILK)

Ya, terkadang, kita sering lupa bahwa "Tidak semua orang hidup dengan cara yang baik",
meskipun banyak orang 'bercita – cita’ ingin menciptakan orang - orang baik.

Pilihan penutupan ‘Dolly’ pun menurutku bukan suatu tindakan penyelesaian suatu masalah sosial. Sebab, ‘orang – orang berkebutuhan khusus’ akan selalu ada dari generasi ke generasi.

Penutupan lokalisasi ‘Dolly’ bukankah tetap akan menimbulkan sebuah permasalahan baru yang justru lebih krusial lagi di masa mendatang?
Akan ada kemungkinan peningkatan pemerkosaan, pencabulan, dsb terhadap pihak – pihak (seperti anak – anak) tidak bersalah yang terkena dampak dari dihilangkannya ‘tempat penimbunan dosa’ ini.


Anggaplah ‘aktivitas seksual terlarang’ sebagai sampah. Jika sampah tidak di buang ditempatnya, hendak dikemanakan sampah tersebut?
Orang – orang yang malas, pasti akan membuat sampah ke  sungai. Atau mungkin juga mereka akan menimbun sampah tersebut di halaman belakang rumah yang kebetulan agak luas. Dan? Hanya sedikit orang yang bersedia membakar sampah.


Menurutku, akan lebih baik jika lokalisasi itu tidak diperbesar, namun juga tidak serta merta dihilangkan.
 Berikan saja bantuan kepada orang – orang yang ingin keluar dari ‘lingkaran hitam’ tersebut agar dia tetap dapat hidup dengan baik selepas bekerja dari sana. Berikanlah pemahaman yang baik sedikit demi sedikit.
Ingat, tidak semua orang berjalan ‘dijalur yang benar’. Akan selalu ada orang – orang yang melenceng. Akan selalu ada orang – orang yang suka melanggar aturan.

Tugas pemerintah adalah untuk memperbaiki seluruh tatanan kehidupan sosial. Bukan hanya sekedar memangkas permasalahan di satu aspek, tapi malah menimbulkan permasalahan pada aspek yang lain.



Jumat, 06 Juni 2014

Maka dari itu, kita perlu belajar Ba-ha-sa!


Suatu hari, ada seorang saudaraku dari luar kota yang datang bertandang ke rumah.
Usianya sekitar 30 tahun ke atas. 

Pas dia datang, kebetulan aku lagi baca tabloid terbaru punya Ayah.

Beberapa menit pertama, dia hilir mudik ke ruang depan trus ke belakang untuk memeriksa kehadiran seluruh anggota keluarga kami. 

Setelahnya, dia memutuskan untuk mengobrol dengan Ibu di dapur.

Aku tetap khusyuk membaca di ruang TV sambil sesekali menoleh ke layar TV untuk menonton gosip selebriti.

Sekitar beberapa puluh menit kemudian, sodaraku masuk ke ruang TV dan memperhatikanku yang sedang membaca.

" Majalah apa sih?," tanyanya penasaran.

" Politik dan Islam," jawabku singkat.

Selesai membaca, tabloid tersebut kuletakkan di atas meja.

Tak disangka, sodaraku ini tertarik dengan judul besar tabloid tersebut. Diambilnya tabloid itu, lalu ia membaca judulnya keras - keras.

" Duet Maut Obama Bla bla bla....,"

Aku cuek dan tetap asyik menonton gosip. Tidak kuhiraukan dia. 
Tapi tiba - tiba saja sebuah pertanyaan 'spektakuler' keluar dari mulutnya yang kontan membuatku menoleh. 

" Eh, Duet Maut maksudnya apa sih? Duet yang bikin orang mati ya?,"
tanyanya dengan wajah polos.

Mataku langsung membulat, mulutku sedikit menganga. Aku terkejut setengah mati!

Pada akhirnya, aku hanya bisa terdiam tanpa mampu berkata - kata. 
Aku bingung, bagaimana caranya memulai penjelasan?



Eniweee...

Kejadian ini sebenarnya sudah terjadi sekitar satu tahun yang lalu. 
Tapi karena kejadian ini cukup lucu dan terasa agak 'miris', maka otakku selalu saja mengingatnya.


Siapa yang menyangka, seorang dewasa berusia 30 tahunan 'Ternyata' masih tidak paham dengan makna
 'Duet Maut'???

Atau sebenarnya, masih banyak orang di luar sana yang juga tidak paham dengan maksud 'majas' tersebut?

*akulelah -_-"


Kamis, 05 Juni 2014

Klasifikasi Penumpang Angkutan Umum

      Sekian waktu selalu menaiki angkutan umum, membuatku (akhirnya) mampu menciptakan sendiri klasifikasi tipe – tipe penumpang.
Ada beberapa tipe penumpang yang selalu ditemukan dalam angkutan kota, tipe – tipe tersebut adalah sebagai berikut:

1.       Tipe ‘Lapak Milik Masing – Masing’
Tipe ini selalu cuek dengan keadaan orang sekitar. Ia tidak suka mengobrol, dan hanya menyumpal telinganya dengan earphone, menarikan jari di atas keypad handphone, atau mencoba membaca buku. Hal yang paling garing dilakukan oleh tipe ini adalah memperhatikan pemandangan dari jendela mobil.

2.       Tipe ‘Sodara’
Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan Bapak – Bapak dan Ibu – Ibu ( Lebih sering Ibu – Ibu). Tipe ini suka sekali mengobrol dengan orang di sebelahnya atau disekitar bangkunya. Dia biasa menceritakan apa saja kepada lawan bicara, mulai dari pekerjaan, anak, suami, atau Bahkan Neneknya anak – anak. Jadi jangan heran jika hanya dalam waktu satu jam, kamu seakan – akan sudah kenal lama dengan orang tersebut.

3.       Tipe ‘ Mobil Punya Gue’
Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan cewek – cewek mahasiswa atau Ibu – Ibu rempong. Tipe ini biasanya terdiri dari beberapa perempuan yang secara kebetulan bertemu di dalam angkutan, atau memang sengaja pergi jalan rame – rame. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengobrol dengan volume suara yang cukup besar sehingga orang lain yang tidak ikut pembicaraan pun mampu mendengar (dan berargumen dalam hati) tentang topik pembicaraan mereka. Nah, kebiasaan paling jelek dari tipe ini adalah ketika ada seseorang penumpang di dalam mobil yang melakukan tindakan kurang menyenangkan (misalnya turun dengan membayar ongkos yang kurang, atau salah satu penumpang terlihat jorok, atau salah satu penumpang terlihat kurang banyak membawa barang padahal sedang pergi jauh), mereka akan berbisik – bisik setelah si penumpang tersebut turun. Biasanya ‘pembahasan’ mereka bisa berlangsung sekitar lebih dari lima menit, plus ditimpali oleh supir angkutan. Ckckckkck

Aku pernah di-rese-in sama tipe ini. Pada waktu itu, aku dalam perjalanan dari Palembang ke Bangka. Nah, karena aku lagi males banget bawa barang banyak, jadi aku sama sekali gak bawa koper. Aku hanya membawa dua kantung kresek yang berisi salak beberapa kilo dan di kantung yang satunya berisi baju beberapa helai. Ketika aku turun dari mobil, beberapa Ibu – Ibu tampak berbisik – bisik,
‘ Kok dia gak bawa koper sih? Cuma kantong aja?,’
Pada waktu itu, aku cuma bisa geleng – geleng kepala.
Lha, emang apa masalahnya kalo aku gak bawa baju dan cuma bawa kresek doang? Masalah ya buat dia? Rese banget kan? Ckckck

4.       Tipe ‘Bos Besar’
Tipe ini yang ini lebih nyebelin dari tipe ‘Mobil Punya Gue’. Tipe ini punya kecenderungan ’suka memamerkan harta kekayaan kepada orang yang baru ia temui yang entah harta tersebut ada atau tidak’. Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan Bapak – Bapak yang bahkan rela meletakkan handphone mereka pada sarung di belt agar terlihat kalau mereka punya handphone (Hewww!!!). Pada beberapa detik pertama, mereka akan menegur teman di sebelahnya, kemudian mulai bercerita. Beberapa menit awal dia akan bercerita mengenai tujuan perjalanannya, kemudian baru merembet ke riwayat harta yang dia punya. 

Misalnya, dialognya seperti ini:
“ Iya, jadi saya ini mau mengunjungi anak saya. Kebetulan anak saya kuliah kedokteran Pak di Unsri. Iya.. waktu itu saya masukin dia kuliah, uang pangkalnya itu sekitar seratus juta. Belum lagi uang bulanannya biasanya lebih dari lima juta”.
Itu contoh ya...
Aku pernah bertemu tipe ini beberapa kali. Aku jarang terlibat pembicaraan dengan mereka dan hanya satu kali pernah berbincang dengan tipe ini. Pada waktu itu, aku lagi di kapal. Dan setelah beberapa puluh menit mengobrol, tiba – tiba si Bapak ngomong:
“ Sepupu saya ada yang jadi Camat di Bangka  Ada yang jadi Kepala Badan Bla bla bla...”
Aku cuma manggut – manggut aja. Aku cuma mikir sih, trus kalo aku tau sodara si Bapak jadi pejabat, bakal ngaruh gitu sama kehidupan personalku? Lagian, aku juga punya kelesss sodara pejabat, cuman ya gak mesti dikabarkan kepada seluruh dunia. Kan bukan aku juga yang jadi pejabat, ngapain repot? Dibagi gaji juga enggak, Capek deh! -_-
Tapi tipe ini juga punya sisi baik lho! Karena dia ngerasa dia ‘bos besar’, biasanya mereka suka bayarin ongkos teman bicaranya (aku belum pernah dibayarin sih, hahaha).
Jadi kalo kalian mau naik gratis turun gratis, baik – baiklah sama tipe ini, ya!! J

5.       Tipe ‘Ratu’
Tipe ini sering menimbulkan efek menjengkelkan bagi orang lain yang kebetulan satu bangku dengannya. Aku beberapa kali bertemu dengan tipe ini, dan setiap kali ketemu bawaannya tu pengen banget jambak rambut si ‘Ratu’.
Gini ya.. tipe ini biasa punya kecenderungan menganggap dia yang paling berhak atas tempat yang luas dan nyaman di dalam mobil. Tipe ini seakan – akan berpikir bahwa dia bayar ongkos 50 ribu sedangkan yang lain cuma bayar 10 ribu. Nyebelin banget deh!

Pada suatu waktu dalam perjalanan pulang ke kos, aku dan seorang temanku dideretkan dalam satu bangku dengan si ‘Ratu’. Kami duduk di dalam avanza di bangku paling belakang. Kebetulan, tubuh temanku ini agak tambun. Jadi udah jelas bahwa dia membutuhkan tempat duduk yang lebih luas daripada aku dan si ‘Ratu’ (dia lumayan kurus).
Tapi siapa sangka ternyata si ‘ Ratu’ yang sok cantik dan sok manja ini malah bertingkah menyebalkan. Kulihat di membawa beberapa kantung belanjaan dan tak dinyana dia malah meletakkan satu kantung belanjaan yang berisi sepatu di atas jok mobil.

Kalian bisa bayangin kan? Bangku belakang itu udah gak terlalu luas dan udah ditambah dengan temenku yang butuh tempet luas, dan ditambah dengan kantung sepatu si’ Ratu’. Cobalah tarik kesimpulan, bagaimanakah posisiku pada waktu itu? -_-

Sepanjang perjalanan, aku dan temanku (asli banget) jadi sempit – sempitan. Aku bahkan ngirimin sms ‘keluhan’ ke temenku (padahal dia cuma duduk di sebelah) saking sebelnya aku sama cewek itu. Iya kan? Gak tau diri dan gak perasaan banget! Dikiranya kantong sepatu dia ikutan bayar ongkos apa? emang tu sepatu punya pantat juga, ha??????



6.       Tipe ‘Down-To-Earth’
Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan Ibu – ibu, walaupun kadang ada juga Bapak – Bapak dan sesekali mahasiswi. Tipe ini memiliki kecenderungan suka menceritakan kehidupan mereka yang sederhana kepada penumpang lain. Biasanya, tipe ini suka memancing lawan bicaranya untuk juga membicarakan kehidupan sulit  mereka. Tipe ini suka belajar memahami kesulitan lawan bicara, dan akhirnya mengajak si lawan bicara untuk menyikapi segala sesuatu dengan sikap ‘nrimo’. Tipe ini gak rese, dan lebih sering bikin adem suasana.


Pada setiap kesempatan, aku biasanya menjadi tipe ‘lapak milik masing – masing’ karena aku gak suka menggangu ataupun di ganggu orang lain.
Kalaupun aku bertemu dengan beberapa tipe menyebalkan seperti di atas, aku lebih suka diam dan mengoceh dalam hati.
Aku paling suka bertemu dengan tipe ‘Down-To-Earth’ karena mereka umumnya membawa banyak sekali pelajaran hidup.


So, kalian suka ketemu yang mana? Suka jadi yang mana?
Ada tipe lain yang gak masuk klasifikasi kah?

Kalo belom masuk, kamu bisa tambahin sendiri ya! J