Sabtu, 28 Juni 2014

"Jika Saja Kau Memilihku" (Novel Oleh Zara Oktavia)


Pemesanan Via Asrifa Publishing WA (HP) 085624070744.
“JIka Saja Kau Memilihku” (Zara Oktavia)
Aku mencintaimu,
Seperti hujan kepada air, pernahkah kau lihat mereka saling meninggalkan?
Aku mencintaimu,
Seperti bulan kepada matahari, tidak akan sempurna aku jika tanpa kau disini.
Dan Aku bahagia,
Sebab Tuhan sudah mewujudkan aku dan kamu, menjadi kita.
Rinduku pun kian pongah setiap hari, memupuk harapan membumbung tinggi.
Aku mencintaimu, sayang.
Tanpa syarat. Tanpa kau basuhpun cinta ini kian pekat.
Lamat – lamat aku berharap,
Hanya agar kau mau menghabiskan seluruh napasmu disini,
Bersamaku setiap hari. Cukup.
Aku tidak pernah meminta banyak.
Telah terbit !
Judul buku : Jika Saja Kau Memilihku
Penulis : Zara Oktavia
ISBN :978-602-1363-24-9
Jumlah Hal : 160 hlm
Harga : Rp. 42.000,- (Belum Ongkir)
Pemesanan via inbox fb. Asrifa atau pin BBM 75AC2BB9
Pemesanan secara print on demand
Sinopsis :
‘Jika Saja Kau Memilihku’ adalah sebuah novel yang bercerita tentang Cinta, gadis lajang nan mapan berusia 22 tahun, yang dipaksa menikah oleh sang Ayah. Namun Cinta terus berkilah, berpikir bahwa dirinya masih terlalu muda untuk memulai sebuah pernikahan.
Suatu pagi, serangan jantung mendera sang Ayah. Membuat Cinta akhirnya melunak. Tanpa banyak pertimbangan, Cinta setuju untuk dijodohan dengan Dirga, anak dari sahabat lama Ayah.
Pernikahan dilangsungkan secara tergesa, akad nikah pun diadakan di ruang rawat Ayah Cinta. Cinta lega sekaligus bahagia sudah mewujudkan keinginan ayahnya. 
Meski hal yang sama tidak terjadi pada Dirga. Dirga terpaksa menikah atas desakan sang Papa yang berperangai keras. Dirga tidak pernah mau menikah dengan Cinta, sebab sebenarnya ia sudah memiliki rencana masa depan dengan Violla, gadis yang ia pacari sejak SMP.
Pernikahan antara dirinya dan Cinta, jelas sudah merusak seluruh rencana besarnya dengan Violla. 
Lalu, bagaimanakah kelanjutan kisahnya? Apakah Dirga mampu menerima Cinta sebagai Istri? Apakah pernikahan tersebut dapat bertahan hingga akhir?

~*~

Ini adalah Novel perdanaku (penerbit Indie).
Baru naik cetak dua hari, jadi mungkin belom bakal ada di toko buku. 
Bagi yang mau pesen, di online dulu lah ya.. Tapi kalo ada yang liat di toko buku, tolong kasih tau!!! Jadi bisa promo juga. Ya!!!!

Selamat membaca!! Kritik dan saran ditunggu ya!!!


Minggu, 15 Juni 2014

Aku Ingin Ayah Bersama Kami Lebih Lama

Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Turut bergembira saat aku diwisuda. Turut berbahagia, meski tanpa selempang di dada.



Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Turut mencicipi gaji pertama, lalu mentertawakan kesepian Novia di seberang sana. Bisa membelikan apa saja yang Ayah suka.



Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Ikut berkomentar ketika beberapa lelaki datang bertandang, lalu memilihkan siapa yang paling sopan.



Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama.

Melihatnya membusung bangga atas kehadiran cucu pertama.



Melihatnya memiliki banyak teman laki - laki di dalam rumah kami.





Tidakkah Ayah ingin melakukan itu semua?



Maka sehatlah, Yah.. berbahagialah.



Sebab Aku ingin Ayah bersama kami lebih lama, selama waktu yang kita punya.





Sebab aku ingin Ayah bersama kami lebih lama, itu saja.

Minggu, 08 Juni 2014

Berpindah

Hola...

Mungkin kepindahan ini agak terlalu mendadak ya!

Tapi... aku hanya ingin mencoba sebuah rumah yang baru, dengan suasana baru, dan harapan yang baru.

Mungkin rumah ini sudah terlalu usang untuk didiami. Mungkin juga aku butuh rumah baru yang 'terlihat' lebih luas.


Mau ikut aku pindahan?

klik ini:

http://zaraoktavia.wordpress.com/

Sabtu, 07 Juni 2014

Rambut Baru (Gak Bisa Liat, Wek!!)

Tadi malam, aku membuat suatu keputusan maha penting dalam kehidupan personalku.

Berawal sekitar pukul 7 malam, aku menghampiri Adik di ruang tamu kosan (yang luasnya tidak seberapa itu,xixixi)

“Makan yuk, Kak,” katanya penuh semangat sambil memegangi perutnya yang demikian buncit, demikain seksi, demikian aduhai.
“ Potong rambut, yuk!,” ujarku sebagai jawaban.
Dia berhenti memegangi perutnya, membalasku dengan sebuah ucapan singkat,
“Ha?,” ia melongo menatapku.
“ Potong rambut malem – malem?,”
“Emang ada pantangan gak boleh potong rambut malem – malem? Salon aja buka sampe malem kok!,” kataku sedikit sewot.

Aku bergerak mengambil gunting, sisir, dan koran serta sebuah pasmina lebar yang akan kugunakan sebagai alas pada bajuku agar tidak kotor.
“Jangan pendek – pendek,”
Kataku sebelum ia memotong mahkotaku yang demikian berharga.
“Udah, rambut jelek juga. Potong pendek aja, kayak rambutku. Entah juga panjang lagi,”
Ujarnya disela – sela memotong rambut. Aku pun menjawab dengan sewot.
“Jangan pendek – pendek. Entar jadi kayak pacarnya Bo-Bo-Ho,”

Dari dulu, aku selalu takut dimirip – miripin sama pacar Bo-Bo-Ho. Permasalahannya bukan terletak pada betapa jeleknya pacar Boboho, tapi derajat kemiripanku sama pacar Boboho itu yang mungkin hampir sekitar 60% (TIDAK!!!! 40% aja!!!). Mau lihat pacar boboho? Nih:


Kalau rambutku dipendekin segitu, aku yakin mukaku bakal kayak kembar siam sama dia. Dan akohh gak maooo!!

Adikku memotong rambut sambil tertawa – tawa (entah bagaimana hasil potongannya, aku tidak bisa melihat). Yang pasti, rambutku sekarang udah gak panjang lagi dan rasanya lebih baik karena tampangku jadi tidak terlalu ‘kucel’.
“ Pendek banget,” kataku sambil menatap pantulan di cermin. 
“ Gak apa – apa lah. Belom mau kawin juga kan? Entar juga panjang lagi,”
Aku mengangguk.
“Ya.. nikahnya pasti masih lama, sekarang jelek – jelek gak apa – apa”.


Acara pemotongan rambut tersebut pun kami tutup dengan sebuah makan malam bertema ‘Ikan Sarden Kalengan’.

Tentang Penutupan Lokalisasi 'Dolly'


Pilihan untk menutup tempat lokalisasi selalu menjadi polemik yang tidak dapat dihindarkan.
Sebagian besar orang di Indonesia (termasuk aku) memiliki cita - cita untuk menghilangkan saja segala bentuk tindakan yang tidak sesuai dengan norma sosial juga agama yang berlaku di Indonesia.
Biar yang suka ke tempat lokalisasi tau rasa dan gak punya lagi tempat 'menimbun dosa'.


Akan tetapi, pernahkah kita berpikir bahwa.. di dalam kehidupan sosial, berbangsa dan beragama ini, tidak semua orang berjalan di 'jalur yang baik'??

Ketika menutup sebuah tempat lokalisasi, kita lupa bahwa akan ada orang - orang di luar sana yang tetap memiliki penyakit seksual sekalipun sudah ada pelajaran agama, sekalipun sudah diajari tentang cara hidup sehat. Akan tetap saja ada orang - orang yang memiliki kebutuhan khusus untuk menggunakan jasa PSK sebagai aktivitas 'penimbunan dosa'.

Ketika menutup tempat lokalisasi, pernahkah orang - orang berpikir bahwa ada kemungkinan tindakan kekerasan seksual, pemerkosaan, pencabulan, dan lain sebagainya justru akan semakin banyak mendera anak - anak?
Pernahkah orang - orang berpikir bahwa akan ada pengalihan dari 'PSK' ke individu lain yang lebih mudah 'mereka' jangkau?

(Adaptasi Argumentasi Guru Besar Ilmu Sosial Universitas Indonesia dalam ILK)

Ya, terkadang, kita sering lupa bahwa "Tidak semua orang hidup dengan cara yang baik",
meskipun banyak orang 'bercita – cita’ ingin menciptakan orang - orang baik.

Pilihan penutupan ‘Dolly’ pun menurutku bukan suatu tindakan penyelesaian suatu masalah sosial. Sebab, ‘orang – orang berkebutuhan khusus’ akan selalu ada dari generasi ke generasi.

Penutupan lokalisasi ‘Dolly’ bukankah tetap akan menimbulkan sebuah permasalahan baru yang justru lebih krusial lagi di masa mendatang?
Akan ada kemungkinan peningkatan pemerkosaan, pencabulan, dsb terhadap pihak – pihak (seperti anak – anak) tidak bersalah yang terkena dampak dari dihilangkannya ‘tempat penimbunan dosa’ ini.


Anggaplah ‘aktivitas seksual terlarang’ sebagai sampah. Jika sampah tidak di buang ditempatnya, hendak dikemanakan sampah tersebut?
Orang – orang yang malas, pasti akan membuat sampah ke  sungai. Atau mungkin juga mereka akan menimbun sampah tersebut di halaman belakang rumah yang kebetulan agak luas. Dan? Hanya sedikit orang yang bersedia membakar sampah.


Menurutku, akan lebih baik jika lokalisasi itu tidak diperbesar, namun juga tidak serta merta dihilangkan.
 Berikan saja bantuan kepada orang – orang yang ingin keluar dari ‘lingkaran hitam’ tersebut agar dia tetap dapat hidup dengan baik selepas bekerja dari sana. Berikanlah pemahaman yang baik sedikit demi sedikit.
Ingat, tidak semua orang berjalan ‘dijalur yang benar’. Akan selalu ada orang – orang yang melenceng. Akan selalu ada orang – orang yang suka melanggar aturan.

Tugas pemerintah adalah untuk memperbaiki seluruh tatanan kehidupan sosial. Bukan hanya sekedar memangkas permasalahan di satu aspek, tapi malah menimbulkan permasalahan pada aspek yang lain.



Jumat, 06 Juni 2014

Maka dari itu, kita perlu belajar Ba-ha-sa!


Suatu hari, ada seorang saudaraku dari luar kota yang datang bertandang ke rumah.
Usianya sekitar 30 tahun ke atas. 

Pas dia datang, kebetulan aku lagi baca tabloid terbaru punya Ayah.

Beberapa menit pertama, dia hilir mudik ke ruang depan trus ke belakang untuk memeriksa kehadiran seluruh anggota keluarga kami. 

Setelahnya, dia memutuskan untuk mengobrol dengan Ibu di dapur.

Aku tetap khusyuk membaca di ruang TV sambil sesekali menoleh ke layar TV untuk menonton gosip selebriti.

Sekitar beberapa puluh menit kemudian, sodaraku masuk ke ruang TV dan memperhatikanku yang sedang membaca.

" Majalah apa sih?," tanyanya penasaran.

" Politik dan Islam," jawabku singkat.

Selesai membaca, tabloid tersebut kuletakkan di atas meja.

Tak disangka, sodaraku ini tertarik dengan judul besar tabloid tersebut. Diambilnya tabloid itu, lalu ia membaca judulnya keras - keras.

" Duet Maut Obama Bla bla bla....,"

Aku cuek dan tetap asyik menonton gosip. Tidak kuhiraukan dia. 
Tapi tiba - tiba saja sebuah pertanyaan 'spektakuler' keluar dari mulutnya yang kontan membuatku menoleh. 

" Eh, Duet Maut maksudnya apa sih? Duet yang bikin orang mati ya?,"
tanyanya dengan wajah polos.

Mataku langsung membulat, mulutku sedikit menganga. Aku terkejut setengah mati!

Pada akhirnya, aku hanya bisa terdiam tanpa mampu berkata - kata. 
Aku bingung, bagaimana caranya memulai penjelasan?



Eniweee...

Kejadian ini sebenarnya sudah terjadi sekitar satu tahun yang lalu. 
Tapi karena kejadian ini cukup lucu dan terasa agak 'miris', maka otakku selalu saja mengingatnya.


Siapa yang menyangka, seorang dewasa berusia 30 tahunan 'Ternyata' masih tidak paham dengan makna
 'Duet Maut'???

Atau sebenarnya, masih banyak orang di luar sana yang juga tidak paham dengan maksud 'majas' tersebut?

*akulelah -_-"


Kamis, 05 Juni 2014

Klasifikasi Penumpang Angkutan Umum

      Sekian waktu selalu menaiki angkutan umum, membuatku (akhirnya) mampu menciptakan sendiri klasifikasi tipe – tipe penumpang.
Ada beberapa tipe penumpang yang selalu ditemukan dalam angkutan kota, tipe – tipe tersebut adalah sebagai berikut:

1.       Tipe ‘Lapak Milik Masing – Masing’
Tipe ini selalu cuek dengan keadaan orang sekitar. Ia tidak suka mengobrol, dan hanya menyumpal telinganya dengan earphone, menarikan jari di atas keypad handphone, atau mencoba membaca buku. Hal yang paling garing dilakukan oleh tipe ini adalah memperhatikan pemandangan dari jendela mobil.

2.       Tipe ‘Sodara’
Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan Bapak – Bapak dan Ibu – Ibu ( Lebih sering Ibu – Ibu). Tipe ini suka sekali mengobrol dengan orang di sebelahnya atau disekitar bangkunya. Dia biasa menceritakan apa saja kepada lawan bicara, mulai dari pekerjaan, anak, suami, atau Bahkan Neneknya anak – anak. Jadi jangan heran jika hanya dalam waktu satu jam, kamu seakan – akan sudah kenal lama dengan orang tersebut.

3.       Tipe ‘ Mobil Punya Gue’
Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan cewek – cewek mahasiswa atau Ibu – Ibu rempong. Tipe ini biasanya terdiri dari beberapa perempuan yang secara kebetulan bertemu di dalam angkutan, atau memang sengaja pergi jalan rame – rame. Mereka memiliki kecenderungan untuk mengobrol dengan volume suara yang cukup besar sehingga orang lain yang tidak ikut pembicaraan pun mampu mendengar (dan berargumen dalam hati) tentang topik pembicaraan mereka. Nah, kebiasaan paling jelek dari tipe ini adalah ketika ada seseorang penumpang di dalam mobil yang melakukan tindakan kurang menyenangkan (misalnya turun dengan membayar ongkos yang kurang, atau salah satu penumpang terlihat jorok, atau salah satu penumpang terlihat kurang banyak membawa barang padahal sedang pergi jauh), mereka akan berbisik – bisik setelah si penumpang tersebut turun. Biasanya ‘pembahasan’ mereka bisa berlangsung sekitar lebih dari lima menit, plus ditimpali oleh supir angkutan. Ckckckkck

Aku pernah di-rese-in sama tipe ini. Pada waktu itu, aku dalam perjalanan dari Palembang ke Bangka. Nah, karena aku lagi males banget bawa barang banyak, jadi aku sama sekali gak bawa koper. Aku hanya membawa dua kantung kresek yang berisi salak beberapa kilo dan di kantung yang satunya berisi baju beberapa helai. Ketika aku turun dari mobil, beberapa Ibu – Ibu tampak berbisik – bisik,
‘ Kok dia gak bawa koper sih? Cuma kantong aja?,’
Pada waktu itu, aku cuma bisa geleng – geleng kepala.
Lha, emang apa masalahnya kalo aku gak bawa baju dan cuma bawa kresek doang? Masalah ya buat dia? Rese banget kan? Ckckck

4.       Tipe ‘Bos Besar’
Tipe ini yang ini lebih nyebelin dari tipe ‘Mobil Punya Gue’. Tipe ini punya kecenderungan ’suka memamerkan harta kekayaan kepada orang yang baru ia temui yang entah harta tersebut ada atau tidak’. Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan Bapak – Bapak yang bahkan rela meletakkan handphone mereka pada sarung di belt agar terlihat kalau mereka punya handphone (Hewww!!!). Pada beberapa detik pertama, mereka akan menegur teman di sebelahnya, kemudian mulai bercerita. Beberapa menit awal dia akan bercerita mengenai tujuan perjalanannya, kemudian baru merembet ke riwayat harta yang dia punya. 

Misalnya, dialognya seperti ini:
“ Iya, jadi saya ini mau mengunjungi anak saya. Kebetulan anak saya kuliah kedokteran Pak di Unsri. Iya.. waktu itu saya masukin dia kuliah, uang pangkalnya itu sekitar seratus juta. Belum lagi uang bulanannya biasanya lebih dari lima juta”.
Itu contoh ya...
Aku pernah bertemu tipe ini beberapa kali. Aku jarang terlibat pembicaraan dengan mereka dan hanya satu kali pernah berbincang dengan tipe ini. Pada waktu itu, aku lagi di kapal. Dan setelah beberapa puluh menit mengobrol, tiba – tiba si Bapak ngomong:
“ Sepupu saya ada yang jadi Camat di Bangka  Ada yang jadi Kepala Badan Bla bla bla...”
Aku cuma manggut – manggut aja. Aku cuma mikir sih, trus kalo aku tau sodara si Bapak jadi pejabat, bakal ngaruh gitu sama kehidupan personalku? Lagian, aku juga punya kelesss sodara pejabat, cuman ya gak mesti dikabarkan kepada seluruh dunia. Kan bukan aku juga yang jadi pejabat, ngapain repot? Dibagi gaji juga enggak, Capek deh! -_-
Tapi tipe ini juga punya sisi baik lho! Karena dia ngerasa dia ‘bos besar’, biasanya mereka suka bayarin ongkos teman bicaranya (aku belum pernah dibayarin sih, hahaha).
Jadi kalo kalian mau naik gratis turun gratis, baik – baiklah sama tipe ini, ya!! J

5.       Tipe ‘Ratu’
Tipe ini sering menimbulkan efek menjengkelkan bagi orang lain yang kebetulan satu bangku dengannya. Aku beberapa kali bertemu dengan tipe ini, dan setiap kali ketemu bawaannya tu pengen banget jambak rambut si ‘Ratu’.
Gini ya.. tipe ini biasa punya kecenderungan menganggap dia yang paling berhak atas tempat yang luas dan nyaman di dalam mobil. Tipe ini seakan – akan berpikir bahwa dia bayar ongkos 50 ribu sedangkan yang lain cuma bayar 10 ribu. Nyebelin banget deh!

Pada suatu waktu dalam perjalanan pulang ke kos, aku dan seorang temanku dideretkan dalam satu bangku dengan si ‘Ratu’. Kami duduk di dalam avanza di bangku paling belakang. Kebetulan, tubuh temanku ini agak tambun. Jadi udah jelas bahwa dia membutuhkan tempat duduk yang lebih luas daripada aku dan si ‘Ratu’ (dia lumayan kurus).
Tapi siapa sangka ternyata si ‘ Ratu’ yang sok cantik dan sok manja ini malah bertingkah menyebalkan. Kulihat di membawa beberapa kantung belanjaan dan tak dinyana dia malah meletakkan satu kantung belanjaan yang berisi sepatu di atas jok mobil.

Kalian bisa bayangin kan? Bangku belakang itu udah gak terlalu luas dan udah ditambah dengan temenku yang butuh tempet luas, dan ditambah dengan kantung sepatu si’ Ratu’. Cobalah tarik kesimpulan, bagaimanakah posisiku pada waktu itu? -_-

Sepanjang perjalanan, aku dan temanku (asli banget) jadi sempit – sempitan. Aku bahkan ngirimin sms ‘keluhan’ ke temenku (padahal dia cuma duduk di sebelah) saking sebelnya aku sama cewek itu. Iya kan? Gak tau diri dan gak perasaan banget! Dikiranya kantong sepatu dia ikutan bayar ongkos apa? emang tu sepatu punya pantat juga, ha??????



6.       Tipe ‘Down-To-Earth’
Tipe ini biasanya didominasi oleh kalangan Ibu – ibu, walaupun kadang ada juga Bapak – Bapak dan sesekali mahasiswi. Tipe ini memiliki kecenderungan suka menceritakan kehidupan mereka yang sederhana kepada penumpang lain. Biasanya, tipe ini suka memancing lawan bicaranya untuk juga membicarakan kehidupan sulit  mereka. Tipe ini suka belajar memahami kesulitan lawan bicara, dan akhirnya mengajak si lawan bicara untuk menyikapi segala sesuatu dengan sikap ‘nrimo’. Tipe ini gak rese, dan lebih sering bikin adem suasana.


Pada setiap kesempatan, aku biasanya menjadi tipe ‘lapak milik masing – masing’ karena aku gak suka menggangu ataupun di ganggu orang lain.
Kalaupun aku bertemu dengan beberapa tipe menyebalkan seperti di atas, aku lebih suka diam dan mengoceh dalam hati.
Aku paling suka bertemu dengan tipe ‘Down-To-Earth’ karena mereka umumnya membawa banyak sekali pelajaran hidup.


So, kalian suka ketemu yang mana? Suka jadi yang mana?
Ada tipe lain yang gak masuk klasifikasi kah?

Kalo belom masuk, kamu bisa tambahin sendiri ya! J

Minggu, 01 Juni 2014

Mengapa?

Hmm....

'Mengapa orang - orang berpikir bahwa punya pacar itu penting?', 'Mengapa banyak orang seakan tidak bisa hidup tanpa pacar?'

Juga..
'Mengapa mereka suka memajang foto berdua dengan pasangannya? Apakah ingin mengabarkan kepada seluruh dunia kalau yang punya pasangan cuma mereka saja?

Sungguh, aku tidak sewot. Aku hanya sering berpikir.

'Mengapa harus seperti itu?'

Mengapa laki - laki dan perempuan harus berjalan berdua dan melakukan aktivitas bersama - sama?
Mengapa mereka harus nonton berdua? Mengapa mereka harus mengelilingi kota dengan berboncengan dan saling berpelukan?
Mengapa mereka harus saling menelepon dan mengirim pesan sampai jari - jari hampir keriting?

Oh iya.. dan juga, mengapa laki - laki harus membayar ongkos hidup si wanita?

Aku sering bertemu pasangan - pasangan di cafe. Dan setiap kali si cowok jalan ke kasir, aku cuma memikirkan satu hal:

'Apa dia punya cukup uang? Apakah membayar makanan si pacar sebenarnya agak sedikit memberatkan? Apakah uang itu ia dapatkan dari berhutang? Apakah sepulang dari sini, besok - besok ia harus berhemat dan tidak makan yang mahal - mahal? Apakah sebelum kemari, dia sudah menabung belasan hari?'

Hahaha... mungkin pikiranku bodoh ya?

Hanya saja, aku selalu berpikir bahwa hubungan seperti itu sangat lucu. Hmm... terasa tidak natural.

Mengapa mereka tidak memilih menghabiskan waktu berdua dengan mengobrol di perpustakaan, atau sekedar bertemu di koridor? atau, latihan musik bersama, tanpa pernah mengungkapkan cinta dengan banyak kata - kata..

Tanpa perlu sibuk mengisi pulsa pasangan, tanpa perlu mengajak jalan.

Mengapa segala hal tampak sangat tidak natural?

Mengapa cinta... dideskripsikan atas beberapa hal itu saja? Mengapa cinta harus diungkapkan? Mengapa cinta harus dihabiskan berdua? 

Mengapa mereka tidak saling membantu membereskan rumah?
Mengapa mereka tidak saling membantu mencuci pakaian?
Mengapa mereka tidak saling membantu menghitung uang bulanan?
Saling membantu membangun rumah masa depan?

Mengapa mereka tidak menikah saja, dan bukan berpacaran?

Mengapa pacaran terlihat tidak natural?

Apa karena aku tidak punya, maka aku jadi tidak mengerti?

-_-






Sabtu, 31 Mei 2014

Aku Ingin

Aku ingin berjalan jauh, Ayah.
Tidak untuk melupakan kalian, hanya ingin menemukan lebih banyak hal yang mungkin bisa kusimpan untuk hari – hari di depan.

Ayah, aku tak ingin pulang. Ingin kurentangkan kedua tanganku dan memeluk jalan – jalan perjuangan.
Aku tak ingin pulang, jika disana hanya kudapati kesenangan yang melenakan.
Aku ingin pergi, jauh. Mencari jalan lain di bawah langit kita. Mencari kehidupan lain yang lebih memesona di luar sana.

Bukan karena rumah kita tak indah, Ayah.
Hanya saja, aku ingin pergi dari sana. Aku bosan dengan kehidupan yang terlalu nyaman.
Aku ingin menemukan tempat lain, Aku ingin tumbuh lebih baik, Ayah.

Bolehkah?

Rabu, 28 Mei 2014

Dia

Aku tidak ingin dicari,
Juga terlalu lelah mencari.

Pertemukan saja kami, Tuhan.
Dengan cara yang jujur, tanpa banyak 'polesan'.

Sajak Perawan Tua: Mahasiswa yang Tak Lulus Juga



Mungkin Tuhan sedang mengajakku bercanda.
Dibiarkannya harapan mencekik leherku,
Sampai sesak; sekian waktu disita skripsi yang memburu.

Sedang dosenku entah dimana rimbanya.
Katanya hari ini pulang, tapi tak ada. Tak tampak batang hidungnya.

Pun Emak sudah minta aku pulang. Dia bilang: untuk menjernihkan pikiran.
Tapi, aku malu. Sebab pulang berarti gagal. Bak menyulam, terhenti sebab habis benang.

Tapi, uang sakuku meranggas.
Dan, lebaran akan segera datang.
Haruskah aku,

Pulang?

Hey!

Kamu baru anak kemarin sore, Nona!

Kamu tidak pernah berhak atas 'itu'.

Jangan banyak bermimpi... urusi saja suamimu.

Selasa, 27 Mei 2014

Writer

Aku harus terus berlatih menulis setiap hari.

Aku harus banyak membaca buku referensi menulis.

Aku harus terus bangkit dan berjuang sekalipun berkali - kali ditolak penerbitan.

Aku akan terus percaya, bahwa suatu hari impian saya akan menjadi nyata.

Sedikit lagi... semakin dekat..




Minggu, 25 Mei 2014

Lajang

Sebagian besar jomblo adalah orang - orang yang bermimpi dan berharap terlalu banyak kepada 'Cinta Sejati'. 

Mereka berharap dapat menjalani kisah cinta abadi nan romantis, seperti dalam dongeng.

Jomblo adalah mereka - mereka yang mencoba melarikan diri dari kenyataan hidup. Mencoba lupa, bahwa yang disediakan di dunia hanyalah 'teman hidup' saja. 

Cinta sejati? mungkin tak ada.

Akhirnya, jomblo terus saja mencari dan mencari, meski tak juga menemukan. Terus saja mencari, meski tanpa sadar sekian banyak waktu sudah dihabiskannya dengan sendiri.

Tapi, jomblo masih berharap. Mungkin, cinta sejati itu ada. Mungkin, suatu hari ia akan menemukannya

Sabtu, 24 Mei 2014

Tanda Tanya

" Kapan kamu mau punya pasangan?," 

Tanyaku pada pantulan wajah di cermin.


Kulihat, wajah itu diam. Ia terdiam.

Tak menjawab. Tak bisa menjawab.



Senin, 19 Mei 2014

Sepasang Kaki yang Melangkah Pergi



Aku tidak lupa.
Telah berapa kali hujan dan kemarau kita lewati.
Aku tidak lupa.
Telah banyak cara kita coba; untuk bersama.
Tapi hari ini kamu bilang kamu ingin menyerah. Kamu telah lelah.

Aku tidak akan lupa.
Telah lama kutunggu hari ini.
Hari ketika kamu berani melepaskan tanganku.
Berani berpisah dari masa lalu.

Hanya saja, hari ini juga hatiku mendadak nelangsa.
Sungguh, kukira hari ini tak akan pernah tiba.
Kukira, kisah kita akan terus berlangsung selamanya..
Dari pagi menuju senja. Sejak senja sampai malam tiba.
Hingga pagi merengkuh kita lagi.
Hingga banyak waktu – waktu terlewati.

Kukira, kamu tidak akan pergi.
Kukira, cerita kita akan terus abadi.
Sebagai kenangan, sebagai masa depan.

Kukira.

Minggu, 18 Mei 2014

Me and My Family

Beberapa teman gue; saat ini telah menempati posisi yang sangat gue inginkan, dulu.

Dulu sekali... ketika gue masih dengan begitu semangatnya mewujudkan cita - cita.

Tapi,

Gue sadar hidup gue dan mereka sangat beda.

Gue selalu harus berusaha keras nimba aer dulu buat mandi, mereka enggak.
Gue gak pernah dibeliin hp gaul sama orangtua, minta aja gue gak berani. Gue gak mau nyusahin.
Sedangkan mereka dengan mudahnya, mau minta apa aja bisa.


Gue... impian S2 gue udah diputus takdir sejak Ayah dinyatakan pensiun dua tahun lalu.

Gue marah? enggak. Emang sebenarnya, pensiunnya Ayah gue itu gak perlu gue jadikan alasan buat malas - malasan kuliah.

Tapi, mau gak mau... pikiran gue bercabang untuk juga memikirkan hal itu. Mikirin gimana caranya supaya uang bulanan selalu cukup tanpa perlu menyusahkan mereka lagi. Mikirin gimana caranya memperkecil biaya hidup dan ongkos kuliah.

Yah, gue bahkan sering nyeken bahan materi ajar, supaya gue gak mahal - mahal motokopi.

Pikiran gue pendek banget waktu itu. Gue pikir, kalau orangtua gue gak punya uang buat S2 gue, ngapain gue belajar rajin - rajin? ngapain gue ngejar Cumlaude? S2 aja gue gak bisa. Mungkin Cumlaude nya gue bakal jadi bangkai yang sia - sia. Makanya, gue belajar sekedarnya aja. Gak berusaha keras banget seperti di semester awal.

Padahal sebenarnya... punya nilai bagus itu gak pernah salah.

Ya, gue bego. Bego karena mengharapkan segalanya cuma dari orangtua, dan gak bisa usaha sendiri.

Padahal beasiswa S2 banyak kan? ngapain juga gue nyalahin takdir atas semua kesederhanaan hidup gue dan keluarga gue.

Semestinya gue bersyukur kan? dari seluruh anggota keluarga gue, cuma gue doang yang bisa hengkang dari rumah untuk kuliah jauh. Dibiayain tiap bulan, diongkosin mudik.

Kakak - Kakak gue dulu bahkan harus kerja sambil kuliah, supaya bisa bayar potokopian, supaya bisa nyicil pembayaran SPP, supaya bisa beli kosmetik.

Harusnya gue bersyukur dengan apa yang udah orangtua gue kasih ke gue. Gue hidup lebih enak ketimbang Kakak - kakak gue yang lain.

Gue inget, Emak gue dulu emang pernah bilang,
" Mamak cuma bisa biayain kalian sampai S1 aja. Setelahnya, kalian harus usaha sendiri. Cari hidup kalian sendiri ",

Sebenarnya, peningkatan strata pendidikan udah sangat luarbiasa dalam keluarga kami.

Emak gue cuma tamat SD, karena orangtuanya dulu nganggep kalau anak perempuan gak perlu sekolah tinggi - tinggi karena cuma bakal balik ke dapur. 
Emak gue sedih karena gak bisa sekolah, padahal dia selalu masuk tiga besar di kelasnya. Tapi Emak gue nurut aja. Mau apa lagi? 

Ayah gue lulusan D3 dari Sekolah Tinggi Agama. Dulu, orangtuanya juga gak punya uang buat biaya dia kuliah. Uang yang dikirim tiap bulan selalu pas - pasan, kadang bahkan kurang. Sering dia cuma makan roti kering doang dalam satu hari, supaya uang pas - pasan yang dikirim orangtuanya itu bisa cukup buat satu bulan.


Yah, kalau dibandingkan dengan keadaan gue saat ini, tentu aja keadaan mereka berdua jauh lebih sulit. 

Dengan keadaan ekonomi keluarga kami yang juga pas-pasan (waktu awal gue mau kuliah), Emak gue berjuang supaya gue gak berhenti cuma sampai SMA.
Emak gue sangat berkeras, kami semua harus kuliah apapun yang terjadi.


Sekarang, gue hampir sampai di titik akhir perjuangan gue ( dan perjuangan Emak dan Ayah ).

Gue tau, selepas kuliah gue gak boleh jadi orang egois.

Udah terlalu banyak hal yang diperjuangkan orangtua gue buat gue.

Selepas lulus ini, saatnya gue meringankan beban mereka.

Gue harus bantu biaya kuliah Adek gue sampai dia lulus.

Kami semua harus sekolah.

Mungkin S2 gue bisa ditunda sampai suatu hari nanti.

Toh, gue masih punya impian yang lebih besar lagi ketimbang S2.

Gue harus jadi penulis. Gue harus nerbitin buku. Gue harus bikin bangga orangtua gue, dengan karya gue.

Prestasi gak cuma diukur dari jenjang sekolah kan? Gue harus punya buku. Gue harus bikin bangga mereka.



Senin, 12 Mei 2014

Shitt - Down -_-

Gue semakin bete sama umur 21 menuju 22 ini (oktober nanti).

Gimana gak bete kalo tiap kali jalan, udah gak ada lagi  Ibu - Ibu pedagang atau Bapak - Bapak supir travel yang manggil gue 'Adek'.

Semuanya pada panggil Gue 'Ayuk', 'Mbak' atau 'Kakak'.

Hiya..... apakah wajah gue sudah sedemikian 'tua' nya?

Sumpah! ini menyebalkan sodar - sodara!

Yang paling ngeselin adalah waktu gue pergi ke tempat penelitian dan ketemu sama tamu (orang kantor lain yang karena ada urusan jadi maen ke Dinas tsb), gue malah dipanggil 'Ibu'.

Seketika itu juga sebenarnya gue pengen banget ngomong sama si Bapak
 'Plis Pak.. saya belom punya anak.'
Tapi apalah daya gue yang cuma mahasiswi numpang-ngambil-data. 

Hiks.

Bete - bete - bete.

Dari kecil sih, udah banyak yang bilang kalo muka gue ini bawaannya 'dewasa'.
Waktu itu sih gue nyantai aja. Iyalah, kan gue juga masih kecil.

Lagian belum ada juga yang manggil gue 'Ibu'. (Baca: Badan gue masih Rata)


Tapi Sekarangg???

Muka ini bikin gue terlihat lebih tua dari usia gue yang sebenarnya. Dan ini tidak menguntungkan!!

Waktu gue KKN di Aceh, si Dosen Pengasuh Unsyiah  malah sempat nanya ke temen gue,

" Itu anak Unsri angkatan berapa sih? 2005 ya? "

GUBRAK!!! Shitt banget lah.

Sekarang, gue malah sering mikir. Gimana jadinya kalo suatu hari ada cowok yang sebenarnya naksir gue, tapi karena dia ngira gue udah Ibu-Ibu (lihat dari muka), akhirnya dia jadi mundur?? 

Kan Gue rugiiiii.... :(

Tapi gue gak mungkin juga operasi plastik supaya terlihat lebih 'unyu' kan?


Atau.. mungkin gue harus ganti semua alat - alat kecantikan gue?

Mungkin gue harus ganti rok dengan jins, kacamata dengan soft lens, pasmina panjang dengan paris.

Gitu ya?

Tapi ngefek gak sih?

Gimana nanti kalo hasilnya malah
'Itu Ibu - Ibu sok gaul banget sih, udah tau tua tapi dandanan masih sok muda'.

Nah lhoo... Shitt yang bikin down banget kalo diomongin gitu.

*Gue jadi pengen masuk tong sampah aja. -_-


Minggu, 11 Mei 2014

I Am A Popular Writer, ASAP!!

      Aku hanya ingin menulis. Menumpahkan beberapa ratus kalimat supaya kegelisahan di kepalaku agak sedikit berkurang. Supaya kemampuan menulisku bisa sedikit lebih baik. Supaya suatu hari, novelku bisa diterima penerbitan.

      Aku tengah menganalisis karya – karyaku yang tempo hari yang sudah ditolak penerbitan. Aku benar – benar menemuka kekurangan fatal dalam karyaku. Kekurangan itu tidak tampak bagi orang awam, tapi pasti terlihat sangat jelas bagi orang – orang yang punya kemampuan berbahasa yang baik (seperti orang penerbitan). Kekurangan itu lah yang setiap hari berusaha ku perbaiki, namun entah sudah berhasil atau belum.

      Aku belum mampu menyusun paragraf – paragraf secara padu. Ide – ide pada setiap paragraf tidak saling mendukung, tidak saling melengkapi. ‘Mereka’ seolah – olah hidup dalam dunia mereka masing – masing yang oleh penulis bodoh malah berusaha dipersatukan. Ide – ideku berhamburan. Banyak sekali runtut peristiwa yang tidak padu, tapi berusaha dipadukan.

      Aku tidak pintar melakukan ‘deskripsi’. Kalimat – kalimatku terlalu ‘aku’. Terlalu menekankan ego si tokoh utama, tanpa memedulikan deskripsi keadaan sekitar. Padahal deskripsi sangat perlu dilakukan supaya pembaca bisa berimajinasi tentang suasana tempat yang menjadi setting cerita.

      Aku merasa bodoh. L Ilmu menulisku sangat cetek. L Bagaimana bisa novelku diterima penerbitan, kalau karangannya saja tidak tersktruktur dengan baik? Bagaimana bisa memunculkan ‘ruh’ karangan, kalau menyusun kepaduan paragraf saja masih sulit? L

      Aku bingung. Aku sudah berlatih menulis setiap hari. Aku sudah membaca banyak karangan orang lain. Tapi masih saja terasa sulit. L

      Aku berencaa kuliah bahasa indonesia selepas lulus nanti. Aku tidak tahu apakah itu benar – benar akan kulakukan atau tidak. Hanya saja.. aku sangat ingin memperbaiki kualitas karyaku. Aku ingin punya karya yang indah. Seperti karya – karya Dewi Dee Lestari, seperti karya Tere Liye, atau J.K Rowling.

Aku ingin bisa berdeskripsi dengan baik, seperti mereka. Bisa punya paragraf – paragraf padu, seperti mereka. Bisa mengembangkan imajinasi sedemikian bebasnya, seperti mereka.


Aku tidak mau kalah, aku tidak ingin menyerah. Aku tetap mau jadi penulis. Titik.


Sabtu, 10 Mei 2014

Fenomena 'Ekshibisionisme'

Aku punya pemberitaan penting untuk seluruh perempuan di Komplek Persada ( Kalau – kalau ada anak komplek yang baca postingan ini, tolong didengarkan baik – baik ).

      Beberapa hari yang lalu, temanku Gustina mengabarkan berita ‘Maha Penting’ sejagad raya yang bikin aku bergidik ngeri.
“ Lo pernah ketemu sama Bapak – Bapak yang jualan es krim Wals gak? “, tanyanya serius.
“ Hmm... pernah lihat pas dia lewat – lewat. Tapi kalo beli es dia sih gak pernah, papasan lama sama Bapak itu juga gak pernah. Emang kenapa?,” jawabku heran.
Gustina menggeser duduknya lebih dekat ke arahku.
“ Itu Bapak ngeri banget tau gak!!!,”
Aku penasaran.

“Emang kenapa sih?,” tanyaku tidak sabaran.
“ Adek kos gue Zar... pas pulang kuliah. Dia gak sengaja papasan sama Bapak itu. Pas di simpang sepi gitu, dia lihat tu Bapak lagi pipis di bawah pohon. Ya udah kan, dikiranya emang gak tahan lagi apa gimana. Jadi dia cuek aja. Trus si Adek kos gus maksud hatinya mau langsung ngelonyor pergi. Ngapain juga kan ngelihatin orang pipis. Tapi elo tau gak apa??? Itu Bapak tiba – tiba aja langsung berbalik ke araah Adek gue dan langsung ngeliatin ‘barangnya’ ke Adek gue!!!! “,

“WHATTTT????,” Aku syok setengah mati.
“ Iyaa!!!!!! Dia ‘memperlihatkan barangnya’ ke Adek gue. Kemaluannya Zar!!! Adek gue syok lah... dia langsung teriak. Trus lari balik ke kos. Tapi si Bapak katanya malah ketawa – tawa kesenengan. Ngeri kan...,”
Gustina bercerita sambil memasang wajah miris. Aku bergidik ngeri.

“ Trus ada lagi Zar. Temennya Adek kos gue, cewek juga. Dia juga ketemu sama Bapak itu. Dari awal dia masuk gang komplek, dia udah lihat Bapak itu pipis di pinggir jalan. Elo tau kan, jarak dari jalan masuk gang komplek ke tempat pipis Bapak itu ‘yang deket pohon gede’ kan sebenarnya lumayan jauh. Masa iya pipisnya gak selesai – selesai kan? Temennya Adek gue tu heran aja Zar. Makanya dia ngeliatin. Lagian dia mikir ‘kok ini Bapak – Bapak gak tau diri banget, pipis di pinggir jalan.. padahal jalanan lagi rame’. Tiba dia ngelewatin Bapak itu, eh.. si Bapak tau – tau langsung berbalik ke arah dia dan memperlihatkan ‘barangnya’... parah banget kan!!!!,”

Aku semakin bergidik ngeri.
“ Kok gitu sih.. ih... ngeri banget. Kok dunia tambah parah gini sih,” aku menggeleng – gelengkan kepala, prihatin.

“ Gue juga pernah ketemu sih Zar. Waktu itu kan siang – siang. Cuaca lagi panas banget. Otomatis dong gue jalannya nunduk. Trus gue ketemu Bapak itu, lagi dan lagi dia pipis di pinggir jalan. Cuma karena gue udah denger cerita dari Adek – Adek itu, akhirnya gue langsung jalan cepet dan ngehindarin dia,”

Asli.. cerita Gustina tentang ‘fenomena sosial di komplek’ bikin aku benar – benar terkejut.
Aku gak nyangka ternyata peristiwa seperti ini juga terjadi di sekelilingku. Ku kira, peristiwa itu hanya mungkin terjadi di kota – kota besar saja, dan bukan terjadi di wilayah pinggiran seperti tempat kami nge-kos. Gak taunya sama aja.

      Berdasarkan ilmu Sosiologi dan psikologi, hal yang dilakukan Bapak Penjual Eskrim itu disebut dengan penyimpangan seksual Ekshibisionisme. Ekshibisionisme merupakan bentuk penyimpangan seksual dengan cara memperlihatkan organ vital atau kemaluan kepada lawan jenis. Dan apabila si lawan jenis merasa risih atau menjerit takut, si pelaku akan semakin terangsang.

      Setelah mendengar berita ‘Maha Penting’ dari Gustina, aku langsung mengabarkannya pada teman – teman satu rumah. Supaya mereka berhati – hati apabila tidak sengaja bertemu dengan si Bapak.

      Satu hal penting yang pada akhirnya mengganggu pikiranku.
‘Anak – anak komplek sini pasti pada suka makan es krim. Gimana kalo mereka yang ketemu sama Bapak itu dan ‘diperlakukan’ sama kayak teman – temanku?’



Dunia ini makin kacau. -_-

Kamis, 08 Mei 2014

Let Me Cry; Again

Seringkali hati ini lelah, Tuhan.

Sering sekali airmata tidak juga cukup menghilangkan sempit di dada.

Sering sekali dunia tidak pernah menampakkan indahnya.

Tuhan, aku lelah.

Rabu, 07 Mei 2014

Tak Pernah Ada yang Kekal

Sudah menjadi isyarat alam, bahwa kehidupan adalah tentang saling meninggalkan.

Seperti daun - daun yang terlepas dari tangkai.

Seperti waktu - waktu yang tertinggal di belakang.

Seperti kematian dan kehidupan.

Seperti cinta dan kemeranaan.

Tak pernah ada yang kekal.

Selasa, 06 Mei 2014

Gara - gara 'Furing'

Sekitar tiga minggu yang lalu, aku resmi mempermalukan diriku sendiri gara – gara penyakit lupa.

Pada hari itu, karena aku kehabisan stok pakaian, aku pinjem Dress punya Adek buat dipakai ke kampus. Dressnya panjang warna hitam.

Selepas mandi, aku segera berdandan. 
Tema hari itu adalah aku mau dandan ala ‘ukhti’. Jadi jilbab paris yang sebenarnya pendek,  kupanjang – panjangkan sampai sebatas pinggang.
Gak ada niatan apa – apa sih manjangin jilbab gitu. Cuma supaya lebih nyaman aja.

Setelah selesai dandan, aku cabut ke luar kos,..melenggang menuju warung nasi uduk di ujung komplek untuk mengisi perut.

Sepanjang jalan, aku gak nemuin siapa - siapa. Maklum masih pagi banget, anak - anak kos dan Ibu - Ibu masih pada aktivitas di dalam rumah.

Pas sampai di warung, tiba - tiba aku langsung disambut oleh pandangan mata bujang - bujang yang tiada hentinya menatap ke arahku. Aku heran. Kenapa itu bujang  - bujang pada ngeliatin semua?

Apa karena jilbab aku yang terlalu panjang?(sampe 'kayak' teroris??) Atau karena aku kelihatan cakep banget (asli, sampai sempet mikir gini. Hahaha, memalukan)

Tapi akhirnya aku memilih cuek. Terus langsung memesan dua lontong sayur dan satu nasi uduk untuk dibawa pulang.  Setelah membayar, aku berjalan pulang ke kosan. Sampai aku mau pulang, itu bujang – bujang masih aja ngeliatin. (aku tetep stay-cool)

        Tiba di rumah, tepat di tengah pintu kosan, Adekku tiba – tiba datang dan sedikit berteriak,
“ Elo pake begitu tadi, ke warung?,” katanya syok.
“ Ya terus gimana lagi? Emang ada yang aneh?,” jawabku polos.
(Aku kira, dia mau komplain soal jilbabku yang hari itu panjang banget.)
“ Coba deh lihat lagi,”

Aku pun berjalan ke kamar untuk memeriksakan diri di depan kaca.

Dan betapa terkejutnya aku sodara – sodara.. ketika melihat di depan kaca, kudapati betisku terekspos ke mana – mana!!!!

Hiyaaaa!!!!Aku lupa pake celana panjang!!! Aku lupa kalo rok itu furingnya cuma setengah!!!


MALUUUUUU!!!

Pantesan bujang - bujang tadi pada ngeliatinnn...

Memalukannn... !!!!!Jilbab udah dipanjangin, eh kaki malah dibiarin ke mana – mana. L


Aku maluu... ngirain mereka segitu terpesonanya sama aku. Hiyaaaa... gak taunya cuma ngeliatin betis doang. -_-"


*Mari menyalahkan tukang buat baju, yang jualan baju kekurangan bahan. 
(lihat furing rok warna hitam. Furing itu lah yang berhasil mempermalukanku, menyebalkan!)


Semoga bujang - bujang itu segera diserang penyakit lupa, supaya gak inget lagi sama kejadian itu. 
Fiuhhhh..... -_-



Senin, 05 Mei 2014

Kering

Gejala yang lama muncul lagi. Belakangan ini, udah hampir dua mingguan gak bisa lagi nulis puisi.

Gak tau deh, ide nya kayak macet gitu.

Kayaknya objek puisi semakin mengabur. Aku sampai kehilangan kata - kata.

Hiyaa... butuh objek baru. Cari dimana ya?


Minggu, 04 Mei 2014

Mengenang Tuan May

Sampai sekarang, aku masih sering mikir lho Tuan..

'Kenapa sih dulu kita bisa saling 'tau', tapi terus pisah setelah beberapa bulan lebih dekat?'

Kenapa Tuhan menitipkan orang baru; buat kamu, juga buat aku,.. ketika kita berdua hampir membuat keputusan?

Mungkin Tuhan emang gak pernah pengen kita sama - sama ya?

Mungkin Tuhan tau kalo aku sama kamu gak akan pernah cocok?

Maksudku.. kenapa sih kita harus dipertemukan, ketika pada akhirnya kita tau kalau hubungan kita cuma sekedar gitu - gitu aja? gak ada ujungnya?

Kenapa ya?
Atau salah aku yang ragu?

Tapi dari awal aku udah tau sih.. kamu akan sulit serius.

Mungkin dari awal kita emang gak saling yakin ya. Mungkin.

*Akuhh ngomongg apahhhhhh. hahaha






Sabtu, 03 Mei 2014

Jodoh

Baru dapat kabar dari Mbak di Bangka,

" Mbak Sari mau nikah lho.. abis lebaran, sama pacarnya yang kemarin,"

Aku pun langsung tertegun.

Sebuah pertanyaan besar tiba-tiba muncul lagi dikepalaku;

' Mbak Sari bakal nikah sama pacarnya yang udah bertahun - tahun dipacarin. Mbak Yuli malah udah nikah sama pacarnya yang juga udah dipacarin bertahun - tahun.
Jadi, sebenarnya jodoh itu gimana sih? ditunggu, menunggu, dikejar, diusahakan, atau.. nanti bakal datang sendiri kalau sudah waktunya? '

-

Hunian

Dalam hidup, kita selalu dihadapkan pada banyak masalah. Masalah apa saja, kapan saja, dimana saja.

Masalah kami di kosan ini pun banyak banget.


Contohnya:

1. Sudah hampir satu tahun saluran air di kamar mandi itu mampet. Ibu kosan gak pernah mau tahu dengan segala keluhan kami. 

2. Dari awal masuk kosan, kusen - kusen di kosan ini sudah banyak yang bolong yang menyebabkan kecoak - kecoak tumbuh subur di dalam sana. 
Karena aku fobia kecoak, aku pun berinisiatif untuk menutup lubang - lubang kusen dengan menggunakan lakban (plester hitam besar). Syukurlah, masalah kecoak lumayan bisa diselesaikan.

3. Kalau hujan deras, kosan kami banjir. Air hujan merembes masuk melalui lubang angin di kamar sebelah. Tapi kami tetap berusaha bersabar, mengingat kontrak kosan ini baru akan habis di bulan November nanti.

Terakhir, masalah ini yang paling menyebalkan;

4. Mesin air dikosan ini rusak. Akibatnya ; kami harus mengangkut air secara manual dari sumur di belakang rumah.

Miris banget kan? pernah gak sih kalian menemukan anak kosan yang begitu gigih seperti kami?

Setiap pagi dan sore hari, kami punya jadwal tetap untuk mengangkut air sebelum mencuci, juga mandi.

Sebenarnya capek, tiap hari ngangkut air. Rasa-rasaya hidup kok yo ngenes banget...



Tapi lagi-lagi, karena gak ada pilihan lain,... aku harus belajar tabah.

Belajar menerima keadaan ini. Aku kan gak mungkin minta uang Orangtua supaya bisa pindah kosan. Manja banget kan...
Mau ganti mesin air juga gak mungkin kan, gak ada duit. Dan Ibu kos lagi - lagi gak pernah mau tahu dengan segala penderitaan kami. (merana ohh meranaaa) :(

Sering sih.. ketika pulang kuliah dan capek, rasanya berat untuk ngangkut air.. rasanya kesel, rasanya bete.

Tapi mau gimana lagi? kami kan bukan mahasiswi-mahasiswi yang terlanjur cantik sampai - sampai semua bujang di komplek ini mau dan mampu bantuin kami ngangkut air. Fiuhh...

Mau numpang mandi di kosan temen tiap hari pun rasanya gak mungkin. Kesannya jadi kayak nyusahin banget kan.

Akhirnya, aku cuma bisa berusaha tabah. Menjalani bulan - bulan sebelum sidang akhir dan wisuda dengan hati yang di lapang-lapangkan.


*Beritanya: Senin lalu, Adek nginep di kosan temennya. Dia bilang, bosen ngangkut air. Mau libur sehari aja.


Fiuh... hidup ini memang berat.