Gak nyangka aja, sekian tahun
kenal sama itu orang.. baru akhir – akhir ini aku dapetin dia benar – benar marah.
Alasan marahnya ya... gara – gara aku.
Di satu sisi, aku merasa senang
karena akhirnya aku tahu kalau ternyata dia juga bisa marah.
Hanya saja, disisi lain.. aku
sekaligus merasa gak enak. Gak enak karena aku selalu aja menyusahkan hidup dia
dengan banyak ulah. Fiuhh..
Permasalahan kita tuh sebenarnya
gini;
Kan bulan kemaren aku minta
tolong dia buat nyariin buku teori (yang ku perlukan untuk kebutuhan skripsi).
Setelah satu minggu aku nunggu, akhirnya buku itu ketemu.
Sebelum dia ngirimin buku itu ke
aku, aku minta dong nomor rekening bank dia supaya aku bisa langsung ganti uang
dia, dan gak nyusahin dia dengan segala biaya termasuk ongkos kirim.
Tapi si dia kekeh, bilang kalau
mending pakai uang dia dulu.. kalo udah selesai semua baru diganti.
Ya udah aku nurut.
Nah, setelah bukunya sampai
dengan selamat, aku pun nanya lagi nomor rekening bank dia.
Aku kan gak enak kalau harus pura
– pura gak tau setelah pakai uang dia untuk beli buku itu. Kan ceritanya aku
minta tolong cariin, bukan minta dibeliin. Makanya aku ngotot banget mau ganti.
Aku desak dia beberapa hari
supaya mau ngasih tau nomor rekening bank atas nama dia. Tapi alasan dia selalu
muter – muter. Dia bilang dia gak hapal nomor rekening itu dan buku tabungannya
ada di kosan sedangkan dia udah berapa hari gak balik – balik ke kosan. Sampai
capek aku nungguin kabar dari dia; kapan kira – kira dia mau balik ke kosan.
Iseng (aku kan stalker sejati,
xixixi), aku buka wall facebook dia. Yang paling mengesalkan adalah kenyataan
bahwa disana sebenarnya dia selalu pulang kekosannya hampir setiap hari, tapi
bahkan dia gak ada niatan buat lihat buku tabungan dan sms-in nomor rekening itu
ke aku.
Yah... itu cukup menyebalkan
saudara – saudara pembaca yang budiman.
Sebenarnya, aku bisa saja sih..
pura – pura gak tau dan menikmati saja buku teori secara gratisan. Apalagi dia
juga udah bilang kalo uangnya gak apa – apa gak diganti. Trus dia juga bilang
gantinya bisa kapan – kapan aja.
Tapi karena aku suka gak enak
kalau terlalu banyak hutang budi sama orang (apalagi laki – laki), dan aku juga
gak enak karena ngomong minta dicariin (bukan minta dibeliin), aku tetap ngotot
mau ganti uang itu.
Cuma ya emang dasar budaya
Indonesia yang terkadang tidak menyenangkan ini (cowok harus bayarin
segala – gala), aku pun akhirnya mengirimkan uang tersebut ke kampus.
Disinilah permasalahan kemudian
terjadi.
Pas aku sms untuk bilang kalau
aku ngirimin duit pakai amplop ke kampus dia, dia marah besar. Dia bilang aku
gak sabaran, dia bilang aku ngeselin, yah.. intinya aku tahu sih kalau dia Cuma
mau bilang “Seharusnya aku gak ngirimin apa – apa ke kampus”.
Tapi trus aku harus gimana dong
ketika aku bahkan gak kepikiran alamat kosan dia (gara – gara dia bilang jarang
balik ke kosan), dan aku pun gak tau nomor rekening dia?? Masa iya uangnya gak
usah diganti? Itu menciderai harga diri guwehhh Men!!!!
Akhirnya, pikiranku pun tertuju
hanya pada satu tempat: KAMPUS!!!
Kebetulan juga ‘katanya’ dia
bantu – bantu kerja di laboratorium kampus. Ya udah kan, daripada uangnya gak
dikirim..alangkah lebih baiknya kalau uang itu kukirim ke kampus aja. Toh pasti
ada juga yang kenal sama dia.
Hanya saja... aku gak pernah
nyangka kalau akhirnya dia jadi marah – marah dan menjadi sangat kesal.
Jujur, aku gak ngerti salahku
dimana. Aku kan cuma mau balikin duit? Lagian dikampus kan gak mungkin gak ada
yang kenal sama dia?
Atau mungkin “Ngirimin surat ke
kampus adalah tindakan yang SANGAT BERLEBIHAN”???
Sampai postingan ini dibuat, aku masih tetap mikir. Aku beneran salah gak ya? Ngirimin
paket ke kampus (ketika teman kamu pun bekerja di kampus) itu berlebihan ya??
Asli bingung.
-_-